Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketika Jonan Sindir Direksi PTBA soal Hilirisasi Setelah 100 Tahun

Kompas.com - 03/03/2019, 18:14 WIB
Erlangga Djumena

Editor

Sumber Antara

TANJUNG ENIM, KOMPAS.com - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Ignasius Jonan menyindir jajaran direksi PT Bukit Asam (PTBA) jika hanya mampu menggali batu bara untuk dijual tanpa adanya upaya melahirkan produk turunan atau hilirisasi.

"Jika cuma gali, tidak perlu ada Arviyan yang pintar (Dirut PT BA), cukup anak buah saya saja," kata Jonan dalam sambutannya pada acara Pencanangan Hilirisasi Batubara di Kawasan Ekonomi Khusus PTBA "BACBSEZ" Tanjung Enim, Sumatera Selatan, Minggu (3/3/2019).

Pada acara yang juga dihadiri Menteri BUMN Rini Soemarno dan Menteri Perindustrian Airlangga Hartanto itu, Jonan mengakui bahwa tidak banyak kegiatan pertambangan di Indonesia yang memiliki semangat untuk hilirisasi.

PT Bukit Asam baru memutuskan hilirisasi setelah 100 tahun beroperasi menggali batu bara di kawasan Tanjung Enim.

Baca juga: Jonan Kritik Pejabat yang Sibuk Sekolah demi Naik Pangkat

Menurut dia, kondisi ini disebabkan PTBA terlalu khawatir untuk menjadi pioner. "Jika banyak khawatirnya maka tidak akan jadi," kata dia.

Namun dengan diluncurkannya pencanangan hilirisasi batubara maka menjadi tongak sejarah baru hilirisasi batu bara di Indonesia. PT Bukit Asam beserta dua BUMN lainnya PT Pertamina dan PT Pupuk Sriwijaya beserta perusahaan swasta Chandra ASN sepakat melakukan hilirisasi batu bara.

Empat pabrik direncanakan di kawasan seluas 300 hektar Tanjung Enim dengan target selesai November 2022. Pertama pabrik gasifikasi batu bara yang mengubah batu bara kalori rendah menjadi syngas.

Tiga pabrik lainnya yakni pabrik hilirisasi produk batu bara, yaitu pabrik pengolahan syngas menjadi dimethyl ether (dme) untuk menghasilkan elpiji bekerja sama dengan PT Pertamina.

Kemudian, pabrik pengolahan syngas menjadi urea untuk menghasilkan pupuk berkerja sama dengan PT Pupuk Sriwijaya, dan pabrik pengolahan syngas menjadi polypropylene sebagai bahan baku plastik bekerja sama dengan perusahaan swasta Chandra ASN.

Baca juga: Cerita Jonan, Gaji Kepala Stasiun Tembus Rp 30 Juta dalam 10 Tahun

Ia berharap dengan lahirnya hilirisasi, terutama produk dme diharapkan dapat mengurangi impor elpiji karena setiap tahun negara mengeluarkan sekitar Rp 40 triliun hingga Rp 50 triliun untuk mendapatkan 4,5-4,7 juta ton elpiji.

Begitupula dengan impor bahan kimia yang tergolong masih tinggi seperti plastik dan bahan plastik mencapai 94,4 juta dollar AS pada Januari 2019.

Setidaknya, melalui proyek bersama ini juga bisa dikurangi impor elpiji, setidaknya sekitar 1 juta ton pada tahun pertama dengan cara mencampurkan dme dari produk hilirisasi batu bara.

"Ini sangat mungkin karena defosit tambang batu bara ini untuk lapisan 1 (B1) ada 4 miliar ton, dan B2 mencapai 6 miliar ton, ini artinya bisa 250 tahun bertahan," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Antara
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com