Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS

Anggota DPR: Perusahaan Besar Kendalikan Harga Ayam

Kompas.com - 05/03/2019, 19:30 WIB
Mikhael Gewati

Editor

KOMPAS.comTurunnya harga ayam di pasaran belakangan ini membuat resah peternak ayam di Tanah Air. Anggota Komisi IV DPR RI Andi Akmal Pasluddin mensinyalir ada andil ulah perusahaan besar yang mengendalikan harga ayam. 

"Ini ada yang nakal di tingkat tata niaganya. Ada mafia. Sekarang kan peternakan ayam kasian karena dikuasai oleh koorporasi dari hulu ke hilirnya. Dia bermain mulai dari pakan hingga yang lain-lain," kata Andi dalam keterangan tertulis yang Kompas,com terima, Selasa (5/3/2019). 

Menurut Andi, selama ini koorporasi besar nyaris menentukan naik turunnya harga dari hulu ke hilir. Mereka juga dituding sebagai biang kerok bangkrutnya usaha ternak kecil karena dibuat bergantung.

"Kalau untuk peternak yang saya dapatkan di lapangan keluhannya rata-rata permainan korporasi besar. Mereka bahkan sampai mampu menentukan harga. Nah, pada saat mereka menentukan harga turun pasti bangkrut lah ini peternak kecil," katanya.

Meski demikian, Andi mengapresiasi langkah Kementerian Pertanian (Kementan) yang terus berusaha memberangus perusahaan nakal di seluruh Indonesia. Beberapa di antaranya bahkan ada yang masuk proses blacklist.

"Harus tegas dong melindungi peternak kecil. Apakah caranya dengan menekan harga supaya tidak dipermainkan atau cara-cara lain dengan mekanisme lain. Kalau perlu suatu saat menetapkan ada seperti Harga Pokok Penjualan (HPP) nya," katanya.

Kemendag bertanggung jawab

Selain Kementan, Andi meminta pula Kementerian Perdagangan (Kemendag) bertanggung jawab soal merosotnya harga ayam. Kemendag, kata Andi, wajib menentukan titik temu di mana harga yang pantas diperjual-belikan.

"Maksud saya ini bukan hanya Menteri Pertanian (Mentan), tapi Menteri Perdagangan (Mendag) atau bahkan Menko yang mengkordinir lintas kementerian harus ikut campur. Kalau di sisi produksi saya melihatnya Kementan sudah berhasil karena di mana-mana surplus," tukasnya. 

Peternak ayam di Sumedang memberikan pakan, Senin (25/2/2019). Anjloknya harga di tingkat peternak tak sebanding dengan biaya operasional yang harus dikeluarkan. KOMPAS.com/AAM AMINULLAH Peternak ayam di Sumedang memberikan pakan, Senin (25/2/2019). Anjloknya harga di tingkat peternak tak sebanding dengan biaya operasional yang harus dikeluarkan.
Harga daging ayam pada sejumlah pasar tradisional di beberapa daerah memang tengah mengalami penurunan. Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kementan menyampaikan, kondisi daging ayam nasional pada saat ini sedang surplus, bahkan sudah ekspor ke beberapa negara. 

"Ini kan sebenarnya positif, produksi kita berlebih daripada produksi kurang. Kelebihan produksi ini harus diikuti dengan meningkatnya ekspor unggas dan produk unggas ke berbagai negara," ujar Diarmita. 

Untuk itu, kata dia, pemerintah menghimbau agar para perusahaan integrator untuk terus meningkatkan ekspornya,

Sejauh ini Indonesia sudah ekspor telur tetas ayam ras ke Myanmar, Day Old Chicken (DOC) ke Timor Leste dan produk daging ayam olahan ke Jepang, Papua New Guinea, serta Myanmar.

Di sisi lain Diarmita menjelaskan pemerintah saat ini juga terus berupaya mendorong peningkatan konsumsi protein hewani masyarakat Indonesia yang masih rendah. 

Pemerintah dorong RPHU serap karkas

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com