Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Faktor Cuaca Bakal Genjot Produksi Kelapa Sawit RI dan Malaysia

Kompas.com - 06/03/2019, 12:12 WIB
Fika Nurul Ulya,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

Sumber CNBC

KUALA LUMPUR, KOMPAS.com - Cuaca baik selama beberapa bulan terakhir di Indonesia diperkirakan akan meningkatkan produksi minyak nabati atau kelapa sawit di Indonesia dan Malaysia.

Hal ini diungkapkan oleh pedagang dan pelaku industri menggarisbawahi perkiraan produksi rekor pada 2019 seperti dilansir dari CNBC, Rabu (6/03/2019).

"Cuaca di Malaysia dan Indonesia sangat menguntungkan. Hujan dan sinar matahari yang cukup membuat produksi meningkat," kata seorang pedagang yang berbasis di Kuala Lumpur dilansir dari CNBC, Rabu (6/3/2019).

Baca juga: Sumbangan Devisa dari Kelapa Sawit Turun Selama 2018

Analis industri kelapa sawit Thomas Mielke mengatakan, produksi kelapa sawit Indonesia diprediksi sebesar 43 juta ton pada tahun 2019, sementara produksi Malaysia diperkirakan akan mencapai 20,1 juta ton.

Sama halnya dengan Mielke, jajak pendapat Reuters menyebutkan rekor produksi kelapa sawit tahun 2019 di Malaysia akan meningkat menjadi 20 juta ton, dan Indonesia diperkirakan menghasilkan 43 juta ton tahun 2019.

Selain cuaca yang mendukung, panen yang lebih teratur juga akan memicu kenaikan produksi pada 2019.

Baca juga: 2018, Indonesia Ekspor 34,71 Juta Ton Minyak Kelapa Sawit

"Tahun lalu kami telah menunda putaran panen. Tapi tahun ini, terutama di perkebunan Indonesia kami akan lebih teratur. Jadi ini menambah produksi," kata seorang penanam yang berbasis di Malaysia.

Kendati demikian, penambahan produksi baru bisa dilihat akhir tahun. Sebab, banyak perusahaan yang memangkas pupuk tahun lalu.

"Perlu diingat banyak perusahaan tahun lalu memangkas pupuk karena rendahnya harga kelapa sawit, terutama perusahaan Indonesia dengan arus kas yang ketat, jadi kita akan melihat dampaknya pada akhir tahun ini," lanjutnya.

Baca juga: Pemerintah Revisi Tarif Ekspor Kelapa Sawit

Hingga saat ini, belum ada sumber yang bersedia diidentifikasi terkait masalah tersebut. Harga minyak sawit mentah mencapai level terendah pada November 2018.

Lain halnya di Malaysia, faktor-faktor seperti profil usia pohon yang lebih tua, kekurangan tenaga kerja dan kurangnya area penanaman baru juga diperkirakan akan membatasi pertumbuhan produksi, kata para analis, meskipun pohon-pohon yang lebih muda dan area yang matang di Indonesia akan membantu meningkatkan hasil produk.

"Ada peningkatan kualitas perkebunan kelapa sawit, dan juga profil usia pohon yang lebih muda di Indonesia," kata seorang pedagang yang berbasis di Singapura.

Baca juga: Kata Jokowi, Ini 5 Langkah Agar Kontribusi Ekspor Kelapa Sawit Maksimal

Sejauh ini, produksi dari Indonesia dan Malaysia menyumbang 80 persen dari output global. Asosiasi Minyak Kelapa Sawit Indonesia tahun 2018 mencapai 42 juta ton, produksi ini meningkat dari tahun 2017 yang hanya mencapai 36,5 juta ton.

Sementara, menurut data dari regulator industri Dewan Minyak Sawit Malaysia, produksi Malaysia tercatat mencapai 19,5 juta ton pada 2018. Sedangkan, produksi tertingginya tercatat 19,96 juta ton pada 2015.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber CNBC
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com