Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS

Menakar Proyeksi Pemerintah untuk Menekan Harga Karet

Kompas.com - 09/03/2019, 19:48 WIB
Mico Desrianto,
M Latief

Tim Redaksi

PALEMBANG, KOMPAS.com - Penampilan Yadi (47), seorang petani karet di Banyuasin, Sumatera Selatan (Sumsel), tak seperti biasanya. Penampilannya sangat rapih.

Memakai setelan kemeja lengkap dengan kopiah di kepala, Yadi bersama ribuan petani karet se-Sumsel sengaja tampil rapih untuk menghadiri dialog langsung dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di kawasan Balai Penelitian Karet Sembawa, Banyuasin, Sabtu (9/2/2019).

"Hari ini saya dan teman-teman petani karet yang lain gembira dapat menemui Presiden secara langsung di Banyuasin," ujar Yadi kepada Kompas.com.

Agenda kunjungan kerja Jokowi di Sumsel memang dimanfaatkan untuk melihat perkembangan komoditi karet di sana, sekaligus memberikan penyuluhan kepada petani tentang proyeksi pemerintah mengatasi permasalahan-permasalahan yang ada, tak terkecuali soal harga.

Dengan luas perkebunan mencapai 1.311.006 hektar (ha) dan produksi 1.053.272 ton, kehadiran komoditi karet di Sumsel dianggap sangat berperan dalam menggerakan perekonomian masyarakat. Maka tak heran, pemerintah melalui Kementerian Pertanian (Kementan) serius mengurusi komoditi yang sudah berabad-abad berada di tanah "Wong Kito" tersebut.

"Meski tidak mudah, kami (pemerintah) sudah melakukan yang terbaik dalam menstabilkan harga karet di tengah gejolak kondisi ekonomi global," ucap Jokowi di hadapan ribuan petani karet.

Lebih lanjut Jokowi menjelaskan, sebagai langkah reaktif, pemerintah sengaja melakukan koordinasi dengan negara penghasil karet lain seperti Malaysia dan Thailand agar satu suara dalam menyikapi persoalan harga.

Meski dinilainya tak mudah, langkah tersebut mampu membuahkan hasil dengan harga semula Rp 5.000 per kilogram kini naik menjadi Rp 9.000 per kilogram.

"Coba saya tanya kepada petani, harga saat ini dengan bulan lalu berbeda tidak?," tanya Jokowi, yang langsung disetujui oleh para petani karet yang hadir.

Ihwal pernyataan Jokowi soal harga turut diakui oleh Farid Bani, petani yang sudah menggeluti perkebunan karet selama 20 tahun.

"Harga sebulan lalu Rp 5 ribuan. Sekarang alhamdulillah sudah naik Rp 8 sampai Rp 9 ribuan," kata Bani.

Direktur Jenderal (Dirjen) Perkebunan Kementan, Kasdi Subagyono menambahkan bahwa langkah menggunakan karet sebagai campuran aspal merupakan solusi tepat untuk memperbaiki harga yang ada di pasaran.

MICO DESRIANTO/KOMPAS.com Direktur Jenderal (Dirjen) Perkebunan Kementan, Kasdi Subagyono menambahkan bahwa langkah menggunakan karet sebagai campuran aspal merupakan solusi tepat untuk memperbaiki harga yang ada di pasaran.
Proyeksi pemerintah 

Lebih jauh Jokowi menjelaskan bahwa pemerintah melalui Kementerian Pertanian (Kementan) telah merencanakan langkah strategis sebagai program jangka panjang untuk menstabilkan harga karet nasional.

Langkah pertama adalah berkoordinasi dengan Menteri PUPR Basuki Hadimuljono agar menggunakan karet dalam campuran aspal.

"Saya bilang kepada Pak Basuki, sekarang ngaspal jalan itu jangan sampai hanya aspal, tapi campur dengan karet. Ini sudah dicoba di Sumsel, Riau dan Jambi. Meski harganya lebih mahal, tapi sepadan dengan hasilnya yang bagus," kata Jokowi.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com