Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Kurang Kompetitif, MRT Dianggap Kurang Menarik Minat Pindah Moda

Kompas.com - 03/04/2019, 15:00 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita ,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Moda transportasi publik Mass Rapid Transit atau Moda Raya Terpadu (MRT) dianggap kurang efektif menarik minat masyarakat untuk berpindah moda transportasi.

Meski menjanjikan perjalanan dalam waktu singkat dan bebas macet, namun tarifnya dianggap kurang kompetitif. Untuk perjalanan terjauhnya dari Lebak Bulus ke Bundaran Hotel Indonesia (HI) dan sebaliknya, dikenakan tarif Rp 14.000.

"Dengan tarif sebesar itu, penumpang yang menggunakan MRT Jakarta masih tetap kelas menengah ke atas," ujar pengamat transportasi Djoko Setijowarno kepada Kompas.com, Rabu (3/4/2019).

Baca juga: MRT Jadi Juara Hemat Waktu, Apakah Juga Paling Hemat Biaya?

Menurut Djoko, yang diuntungkan mereka yang sehari-harinya memang melewati jalur Lebak Bulus hingga Bundaran HI. Sementara untuk jurusan lainnya tetap harus transit di halte tujuan mereka dan berpindah moda transportasi, seperti TransJakarta atau ojek online.

Penumpang juga harus membayar uang tambahan karena berpindah moda.

"Bagi yang sudah memakai Bus Transjakarta tidak perlu beralih ke MRT Jakarta. Tidak ada gunanya jadinya," kata Djoko.

Baca juga: Grab Ingin Bangun Shelter Ojek Online di Stasiun MRT

Djoko mengatakan, dengan tarif tersebut, kemungkinan masyarakat kelas menengah ke bawah kemungkinan besar tetap menggunakan Transjakarta yang bertarif Rp 3.500.

"Ke depan, Pemprov DKI Jakarta bisa menerapkan kartu khusus bagi warga kurang mampu supaya mereka bisa naik MRT Jakarta," sebut Djoko.

Djoko menambahkan, Pemprov DKI Jakarta dan MRT perlu belajar bagaimana PT Kereta Api Indonesia, melalui anak perusahaannya PT Kereta Commuter Jabodetabek menggaet minat penumpang saat baru mulai beroperasi.

Tak hanya tarif yang murah, tapi lingkungan stasiun dibuat tertutup dan bersih. Jenis kereta pun diganti dengan yang lebih nyaman serta pelayanannya semakin bagus.

Baca juga: Kala Luhut Bandingkan MRT dan Mobil Dinas Menteri...

Dengan layanan yang bagus, kata Djoko, perlahan tarif dinaikkan. Namun, pemakai KRL tak merasa keberatan dan pangsanya tak berkurang, malah terus bertambah.

Setelah enam tahun beroperasi, rata-rata sehari KRL bisa mengangkut 1,1 juta penumpang.

"Itulah gunanya Outline Business Case. Jika tidak ada pengupayaan properti, maka jangan harap juga tarifnya bisa murah. Subsidi itu dianggarkan, tapi pendapatan properti bisa menjadi solusi untuk meringankan," kata Djoko.

Baca juga: MRT Jadi Angin Segar bagi Bisnis Properti

Selain itu, menurut Djoko, tantangan MRT selanjutnya adalah bagaimana mengubah kebiasaan pengguna kendaraan pribadi untuk beralih ke kendaraan umum. Sebab, MRT dianggap kurang menarik minat masyarakat yang terbiasa membawa kendaraan pribadi untuk bepergian.

Jika dihitung-hitung pengeluaran bensin harian, masih lebih murah ketimbang naik MRT. Alasan lainnya yakni ketersediaan transportasi umum tidak sampai tempat tinggalnya sehingga memilih tetap menggunakan kendaraan pribadi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Whats New
BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Whats New
Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Whats New
Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Rilis
INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

Whats New
Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Whats New
OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

Rilis
Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Whats New
Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Work Smart
INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

Whats New
Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Whats New
Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal 'Jangkar' Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal "Jangkar" Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Whats New
Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com