Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Banyak "Startup" Gagal Berkembang, Ini Penyebabnya

Kompas.com - 04/04/2019, 10:09 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita ,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Jumlah startup di Indonesia terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Pada 2018, menurut laporan Indonesia Digital Creative Industry Society, jumlah perusahaan startup mencapai 992 perusahaan.

Meski menjamur, ternyata hanya sebagian kecil yang bisa bertahan, hingga menyabet gelar unicorn dan decacorn.

CEO Plug and Play Indonesia Wesley Harjono mengatakan, penentu utama sukses atau tidaknya sebuah startup bukanlah pasar, melainkan pendirinya sendiri. Jika startup mau sukses hingga mendapat gelar unicorn, sangat tergantung pada karakter pendirinya.

"Mungkin ada faktor pasar belum siap, teknologi belum siap, tapi mayoritas kegagalan startup adalah founder-nya," ujar Wesley kepada Kompas.com, beberapa waktu lalu.

Faktor mental pemimpinnya

Sebagai seorang pendiri, kata Wesley, mental pemimpinnya harus sekuat baja. Sebagai perusahaan rintisan, tentu banyak mengalami pasang surut sepanjang bisnis berjalan. Misalnya, produk yang dihasilkan sempat booming dalam beberapa saat. Kemudian, produk tersebut tak laku lagi karena pergeseran minat masyarakat. Pendiri yang tak kuat mental tentu akan menyerah dan melepaskan perusahaan yang dirintisnya.

Namun, pendiri yang punya karakter pemimpin yang baik, pasti akan memutar otak bagaimana bisnisnya bisa bertahan.

"Tidak gampang menyerah, berani menghadapi kegagalan, kalau gagal dia mau bangun lagi, kata Wesley.

"Maka kunci kesuksesan startup adalah eksekusi, balik lagi ke eksekutor, yakni foundernya," lanjut dia.

Oleh karena itu, seorang pendiri yang baik akan memimpin timnya untuk terus menciptakan inovasi sesuai minat masyarakat. Tujuan mendirikan startup adalah menjadi solusi dari permasalahan masyarakat. Maka sebuah startup yang ingin bangkit dari kegagalan harus banyak meriset apa permasalahan yang tengah dihadapi masyarakat dan solusi apa yang bisa ditawarkan.

Riset pasar

Selanjutnya, yang harus diperhatikan adalah melakukan riset pasar dengan cermat dan mendalam. Wesley mengatakan, kesalahan berikutnya yang juga banyak dilakukan startup adalah menghadirkan solusi yang sebenarnya tak terlalu menjadi masalah mayoritas masyarakat.

"Kesalahan paling basic adalah menciptakan solusi berdasar problem diri sendiri atau teman deket. Mungkin mayoritas populasi tidak menghadapi masalah yang sama. Pasarnya tidak ada," kata Wesley.

Jika layanan yang diberikan tidak cukup solutif, maka startup tersebut gagal meraih pasar.

"Banyak startup yang anggap kalau produk ini keren. Tapi ternyata tidak ada yang mau bayar untuk service itu dan juga tidak ada demand," lanjut dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com