Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

OJK Paparkan Peluang Investasi di Pasar Keuangan RI ke Investor Asing

Kompas.com - 20/04/2019, 19:41 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita ,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso menyampaikan kepada para investor asing soal peluang berinvestasi di pasar keuangan Indonesia. Hal tersebut ia sampaikan dalam Indonesia Executive Forum 2019 di London, Inggris.

Forum tersebut dihadiri puluhan investor dan direktur kawakan Inggris. Wimboh memaparkan, perekonomian Indonesia tumbuh di angka 5,17 persen secara tahunan (yoy), tertinggi ketiga setelah India dan China di antara negara G20.

"Membuktikan sekali lagi bahwa Indonesia memilki fundamental ekonomi makro yang solid. Indonesia pun mampu keluar dari tekanan dinamika global dari normalisasi suku bunga dan tensi perang dagang AS-China,” ujar Wimboh, sebagaimans dikutip dari siaran pers, Sabtu (20/4/2019).

Baca juga: OJK: Infrastruktur Pasar Modal Syariah Makin Kuat

Sejak awal 2019, nilai tukar rupiah mulai stabil dan kinerja IHSG terus meningkat. Hal ini bersamaan dengan masuknya modal asing seiring positifnya persepsi investor global terhadap prospek ekonomi Indonesia.

Tingkat inflasi Indonesia juga stabil dan cukup rendah, di mana inflasi di bulan Maret 2019 berada di level 2,48 persen.

“Stabilitas dan kinerja sektor jasa keuangan terjaga dengan baik, dengan didukung tingkat permodalan dan likuiditas yang memadai,” kata Wimboh.

Baca juga: OJK: Di Tengah Gejolak, Sektor Jasa Keuangan RI Terjaga

Intermediasi perbankan tumbuh mencapai 12,13 persen (yoy) di bulan Februari 2019, dengan tingkat kredit bermasalah (NPL) yang rendah di 2,59 persen. Intermediasi yang tumbuh positif ini didukung tingkat permodalan yang tinggi dengan rasio kecukupan modal atau Capital Adequacy Ratio di angka 23,86 persen.

Pertumbuhan kredit perbankan ini diproyeksikan akan tumbuh 13 + 1 persen di tahun 2019.

Sementara itu, peningkatan kinerja pasar modal Indonesia diproyeksikan akan mencapai 75-100 emiten dengan potensi penawaran umum berkisar Rp 200 triliun hingga Rp 250 triliun. Selain itu, peningkatan aset usaha perasuransian diperkirakan akan tumbuh positif.

Baca juga: 2019, OJK Proyeksikan Lebih 75 Emiten Baru di Pasar Modal

Wimboh menambahkan, pesatnya perkembangan teknologi keuangan (fintech) di Indonesia mempunyai daya tarik tersendiri bagi investor global.

"Baik melalui digitalisasi produk dan layanan keuangan yang ditawarkan lembaga jasa keuangan, yang memberikan nilai tambah dari sisi efisiensi, kemudahan, dan jangkauan nasabah yang lebih luas," Ujar Wimboh.

Indonesia saat ini sudah memiliki paling tidak satu decacorn dan 3 unicorn startup fintech yang menarik banyak investor global.

Dengan potensi ekonomi dan pasar keuangan Indonesia yang begitu besar, OJK mengundang investor asing untuk berperan aktif di beberapa inisiatif OJK dalam membangun pasar modal Indonesia. Adapun langkah yang dilakukan untuk mewujudkannya sebagai berikut.

  1. Pendalaman pasar modal dengan mendorong penerbitan instrumen pasar modal yang memperhatikan aspek lingkungan dan sosial, seperti Green Bonds/Green Sukuk, dengan potensi penerbitan hampir mencapai 4 miliar dollar AS.
  2. Memfasilitasi pembiayaan 31 proyek pembangunan infrastruktur, dengan pembiayaan skema blended finance dengan total nilai hampir 2,5 miliar dollar AS.
  3. Merealisasikan potensi penerbitan muncipal bonds/obligasi daerah dengan nilai mencapai 8,7 miliar dollar AS di kurang lebih 10 provinsi di Indonesia. 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com