Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

4 Hal yang Perlu Diperhatikan Investor Sebelum Tanam Modal di Indonesia

Kompas.com - 24/04/2019, 14:10 WIB
Mutia Fauzia,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Melewati masa Pemilihan Umum (Pemilu) 2019 umumnya secara historis aliran portofolio asing yang sempat tersendat kembali mengalir dengan deras di dalam negeri.

Direktur Fasilitasi Promosi Daerah, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Indra Darmawan mengatakan setidaknya terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh investor sebelum memutuskan untuk menanamkan modalnya Indonesia.

"Yang pertama mereka harus ahu posisinya di mana. Biasanya mereka investor main di dua kaki. Agamnya profit jadi mainnya dua kaki, enggak masalah, tapi harus tahu posisi," ujar Indra di Jakarta, Rabu (24/3/2019).

Baca juga: BKPM: Investor Happy Setelah Pelaksanaan Pemilu

Dengan mengetahui posisinya, maka investor bisa menyikapi apa yang harus dilakukan pada setiap kemungkinan iklim ekonomi Indonesia setelah dipimpin oleh presiden terpilih.

"Jadi harus ada strategi dan advice dari segi makro ekonomi," ujar dia.

Kemudian, investor juga harus memahami kondisi nilai tukar rupiah. Dia mencontohkan, rupiah yang sempat melemah hingga level Rp 14.400 paska Pemilu bukan disebabkan oleh Pemilu itu sendiri, namun memang pasar modal Amerika Serikat (AS) yang bergerak bearish sehingga menekan mata uang negara berkembang termasuk rupiah.

Baca juga: OJK Paparkan Peluang Investasi di Pasar Keuangan RI ke Investor Asing

"Sebab indeks Dow Jones, S&P 500 dan Nasdaq hampir mencapai indeks tertinggi sepanjang masa. Dow Jones hanya butuh kenaikan 1,1 persen sampai 1,2 persen bisa capai level tertinggi, merket lagi kuat. Jadi rupiah terteka bukan karena Pemilu tapi situasi global," jelasnya.

Hal ketiga yang perlu menjadi perhatian investor adalah level utang pemerintah terhadap produk domestik bruto (PDB). Dia mengatakan, pembangunan infrastruktur yang gencar dilakukan oleh pemerintah memang membuat tingkat utang luar negeri juga meningkat.

Dia mencontohkan, pembangunan Moda Raya Terpadu (MRT) Jakarta yang di fase I sepanjang 16 km mendapatkan dana investasi dari Jepang sebesar 4 miliar dollar AS, sementara fase kedua sebesar 3 miliar dollar AS.

Baca juga: Persepsi Investor Positif, Modal Asing Terus Mengalir ke Indonesia

Menurutnya, untuk bisa menutup utang tersebut, pemerintah harus bisa membuat MRT menjadi moda transportasi yang bisa menghasilkan pundi-pundi penghasilan baru bagi pemerintah.

"MRT harus di monetizing dan menghasilkan uang, misalnya dengan membangun properti, apartemen di setiap stasiun agar bisa menghasilkan uang untuk membayar utang, dan itu akan dilakukan dalam periode kedua," ujar dia.

Terakhir, investor harus melakukan investasi jangka panjang di Indonesia jika ingin investasinya menghasilkan untung dalam jangka panjang. Pasalnya, Indonesia dengan berbagai potensi tak hanya bisa dipandang dari satu sisi saja.

"Capture Indonesia sebagai moving picture, sebab kalau lihat dari satu titik saja isinya problem," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggung Utang Proyek Kereta Cepat Whoosh, KAI Minta Bantuan Pemerintah

Tanggung Utang Proyek Kereta Cepat Whoosh, KAI Minta Bantuan Pemerintah

Whats New
Tiket Kereta Go Show adalah Apa? Ini Pengertian dan Cara Belinya

Tiket Kereta Go Show adalah Apa? Ini Pengertian dan Cara Belinya

Whats New
OJK Bagikan Tips Kelola Keuangan Buat Ibu-ibu di Tengah Tren Pelemahan Rupiah

OJK Bagikan Tips Kelola Keuangan Buat Ibu-ibu di Tengah Tren Pelemahan Rupiah

Whats New
Pj Gubernur Jateng Apresiasi Mentan Amran yang Gerak Cepat Atasi Permasalahan Petani

Pj Gubernur Jateng Apresiasi Mentan Amran yang Gerak Cepat Atasi Permasalahan Petani

Whats New
LPEI dan Diaspora Indonesia Kerja Sama Buka Akses Pasar UKM Indonesia ke Kanada

LPEI dan Diaspora Indonesia Kerja Sama Buka Akses Pasar UKM Indonesia ke Kanada

Whats New
Unilever Tarik Es Krim Magnum Almond di Inggris, Bagaimana dengan Indonesia?

Unilever Tarik Es Krim Magnum Almond di Inggris, Bagaimana dengan Indonesia?

Whats New
Simak 5 Cara Merapikan Kondisi Keuangan Setelah Libur Lebaran

Simak 5 Cara Merapikan Kondisi Keuangan Setelah Libur Lebaran

Earn Smart
Studi Kelayakan Kereta Cepat ke Surabaya Digarap China, KAI: Kita Enggak Ikut

Studi Kelayakan Kereta Cepat ke Surabaya Digarap China, KAI: Kita Enggak Ikut

Whats New
Pelemahan Nilai Tukar Rupiah Bisa Berimbas ke Harga Barang Elektronik

Pelemahan Nilai Tukar Rupiah Bisa Berimbas ke Harga Barang Elektronik

Whats New
Pendaftaran UM-PTKIN 2024 Sudah Dibuka, Ini Link, Jadwal, hingga Alurnya

Pendaftaran UM-PTKIN 2024 Sudah Dibuka, Ini Link, Jadwal, hingga Alurnya

Whats New
Rincian Harga Emas di Pegadaian Hari Ini 23 April 2024

Rincian Harga Emas di Pegadaian Hari Ini 23 April 2024

Spend Smart
Pembentukan Badan Penerimaan Negara Masuk Dokumen Rencana Kerja Pemerintah 2025

Pembentukan Badan Penerimaan Negara Masuk Dokumen Rencana Kerja Pemerintah 2025

Whats New
Neraca Dagang RI Kembali Surplus, BI: Positif Topang Ketahanan Eksternal Ekonomi

Neraca Dagang RI Kembali Surplus, BI: Positif Topang Ketahanan Eksternal Ekonomi

Whats New
Sambut Putusan MK soal Sengketa Pilpres, Kadin: Akan Berikan Kepastian bagi Dunia Usaha

Sambut Putusan MK soal Sengketa Pilpres, Kadin: Akan Berikan Kepastian bagi Dunia Usaha

Whats New
Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di CIMB Niaga hingga BCA

Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di CIMB Niaga hingga BCA

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com