Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bisakah Tol Trans Jawa Jadi Titik Kebangkitan Bus AKAP?

Kompas.com - 07/05/2019, 10:11 WIB
Murti Ali Lingga,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ruas Tol Trans Jawa yang membentang dari Merak hingga Banyuwangi sepanjang 1.150 kilometer sebagian besar sudah rampung dan dioperasikan. Bahkan, sebelumnya Presiden Joko Widodo telah mencoba dan meresmikan tujuh ruas di antaranya.

Direktur Angkutan Jalan Ditjen Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan (Kemenhub) Ahmad Yani, menilai kehadiran ruas tol tersebut akan menjadi titik awal kebangkitan angkutan jalan darat. Khususnya perusahaan angkutan bus Antar Kota Anta Provinsi (AKAP).

"Artinya, bisnis ini dengan ada jalan tol merupakan kebangkitan bagi angkutan jalan (darat)," kata Yani kepada Kompas.com, Senin (6/5/2019).

Yani menyebutkan, armada bus AKAP yang menggunkan jalan tol untuk rute perjalanan terus meningkat dari tahun ke tahun. Kementerian Perhubungan terus dan masif meminta mereka untuk lebih banyak gunakan tol daripada jalan nasional dalam operasional.

Baca juga: Kemenhub: Bisa Saja Angkutan Barang Dapat Tarif Khusus di Tol Trans Jawa

"Harapan kita ke depan mereka di jalan tol sepanjang itu, sehingga daya saingnya lebih baik dan cepat. Mereka (perusahaan AKAP) sebagian besar sudah siap," tuturnya.

Menurut dia, hingga kini penggunaan angkutan jalan darat bus AKAP makin diminati masyarakat di tengah banyak pilihan akomodasi lalu lintas. Grafiknya dari tahun ke tahun mengalami peningkatan dan cenderung positif.

"Lebih besar lah. Jadi makin besar, sekarang kurang lebih 20 persen penumpang sudah beralih ke angkutan jalan," sebutnya.

Dia menambahkan, ada beberapa keunggulan yang didapat pengguna bus AKAP jika dibandingkan semisal kereta api. Ongkos perjalanan akan lebih murah dibangkan kereta api. Begitu pula tempu yang terbilang lebih cepat.

Baca juga: Pengusaha Logistik Sebut Tarif Tol Trans Jawa Mahal, Ini Kata Jasa Marga

Sehingga potensi ini harus dan sudah mulai dilirik perusahaan-perusahaan bus AKAP untuk menawarkan jasa angkutan perjalanannya.

"Contoh Jakarta-Semarang, kalau pakai kereta api itu waktu tempuh kurang lebih enam jam, kalau nanti ini enggak macet, (naik Bus AKAP) itu cuma enam jam juga. Tarif jauh lebih murah, contoh di bawah Rp 200.000, sedangkan kereta api Rp 300.000," paparnya.

"Kemudian kalau ke Jakarta-Solo bisa delapan jam naik kereta api, bus bisa tujuh jam," tambahnya.

Menurut dia, saat ini sudah banyak perusahaan bus AKAP yang mulai mengajukan izin operasional di ruas tol. Yani juga menilai perusahaan-perusahaan yang ada sudah sangat siap mengoperasikan armada busnya di jalan tol.

"Sudah siap. Bahkan banyak bikin pengajuan kendaraan baru untuk dioperasikan, khususnya operasional mereka di jalan tol. Sebagain besar mereka menggunakan jalan tol. Jakarta-Semaran, Jakarta-Malang, itu lewat tol. Alasannya lebih cepat dan biaya murah," tandasnya.

Baca juga: Hari Ini 6 Ruas Tol Trans-Jawa Mulai Berbayar, Ini Daftarnya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Whats New
Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Whats New
Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Rilis
INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

Whats New
Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Whats New
OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

Rilis
Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Whats New
Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Work Smart
INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

Whats New
Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Whats New
Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal 'Jangkar' Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal "Jangkar" Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Whats New
Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

Whats New
Lebaran 2024, KAI Sebut 'Suite Class Compartment' dan 'Luxury'  Laris Manis

Lebaran 2024, KAI Sebut "Suite Class Compartment" dan "Luxury" Laris Manis

Whats New
Rupiah Melemah Sentuh Rp 16.200, Mendag: Cadangan Divisa RI Kuat, Tidak Perlu Khawatir

Rupiah Melemah Sentuh Rp 16.200, Mendag: Cadangan Divisa RI Kuat, Tidak Perlu Khawatir

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com