Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Laba Emirates Sentuh Rekor Terendah dalam 10 Tahun

Kompas.com - 10/05/2019, 05:31 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis

LONDON, KOMPAS.com - Maskapai penerbangan asal Uni Emirat Arab, Emirates, melaporkan laba anjlok sebesar 69 persen pada tahun fiskal 2018-2019. Penurunan laba ini disebabkan naiknya harga minyak dan melambatnya permintaan transportasi udara di kawasan.

Dilansir dari Financial Times, Jumat (10/5/2019), Emirates membukukan laba sebesar 871 juta dirham atau 237 juta dollar AS, setara sekira Rp 3,4 triliun. Angka ini adalah rekor terendah dalam satu dekade.

Sementara itu, pendapatan Emirates tercatat tumbuh 6 persen menjadi 97,7 miliar dirham pada tahun yang berakhir 31 Maret 2019.

"2018-2019 (adalah tahun yang) keras dan performa kami tidak sekuat yang kami inginkan," kata CEO Emirates Group Sheikh Ahmed bin Saeed Al Maktoum.

Baca juga: Emirates Kurangi Jumlah Kapasitas First Class, Kenapa?

"Naiknya harga minyak dan menguatnya dollar AS mengikis pendapatan kami, bahkan ketika persaingan semakin ketat di pasar-pasar utama kami, kami juga menghadapi pelemahan permintaan perjalanan, khususnya di kawasan kami," imbuhnya.

Ambrolnya harga minyak pada tahun 2014 silam memukul perekonomian negara-negara Teluk. Perlambatan ekonomi di kawasan pun turut berimbas pada bisnis maskapai-maskapai di negara-negara Timur Tengah.

Maskapai Timur Tengah lainnya, Etihad melaporkan kerugian sebesar 1,28 miliar dollar AS atau setara sekira Rp 18,3 triliun sepanjang tahun 2018 akibat turunnya jumlah penumpang dan melemahnya bisnis kargo. Ini adalah kerugian yang diderita Etihad selama tiga tahun berturut-turut.

Baca juga: Kebijakan Trump Bikin Laba Emirates Menukik 82 Persen

Sementara itu, Qatar Airways juga telah memperingatkan bakal membukukan kerugian sepanjang tahun 2018, akibat harga bahan bakar dan gejolak kurs. Ini adalah tahun kedua kerugian bagi maskapai tersebut.

Sepanjang tahun 2018-2019, Emirates mengangkut sebanyak 58,6 juta penumpang. Angka ini meningkat 0,2 persen dibandingkan periode sebelumnya.

Emurates menyatakan, faktor keterisian penumpang alias passenger load factor turun menjadi 76,8 persen. Ini mencerminkan perlambatan ekonomi regional berdampak pada permintaan dan persaingan yang kian sengit.

Baca juga: Imbas Kebijakan Trump, Emirates Pangkas Penerbangan ke AS

Biaya operasional naik 8 persen pada periode 2018-2019, sejalan dengan kenaikan rata-rata harga avtur sebesar 22 persen. Adapun biaya avtur naik 25 persen menjadi 30,8 miliar dirham, mencakup 32 persen dari total biaya operasional Emirates.

Sepanjang tahun 2018-2019, Emirates menerima 13 pesawat baru, termasuk 7 unit pesawat Airbus A380 dan 6 unit Boeing 777-300ER. Dengan demikian, Emirates memiliki 270 pesawat dalam jajaran armadanya per akhir Maret 2019.

Emirates pun telah meluncurkan 3 rute baru, yakni London Stansed dan Edinburgh di Inggris Raya, serta Santiago di Cile.

 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com