Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Defisit Neraca Perdagangan AS Melonjak 50 Miliar Dollar AS

Kompas.com - 10/05/2019, 07:08 WIB
Mutia Fauzia,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

Sumber CNN

WASHINGTON, KOMPAS.com - Defisit perdagangan Amerika Serikat meningkat 1,5 persen pada Maret 2019. Walaupun demikian, defisit perdagangan AS dengan China terus mengecil.

Ini seiring dengan adanya ketegangan perdagangan di antara kedua negara ekonomi terbesar di dunia tersebut.

Seperti dikutip dari CNN, untuk membuat defisit perdagangan dengan China tersebut kian menipis, Presiden Amerika Serikat Donald Trump berencana untuk kembali menaikkan tarif impor untuk produk China pada Jumat (10/5/2019) waktu setempat.

Baca juga: Pertumbuhan Ekonomi Dunia Lemah, Defisit Neraca Perdagangan RI Bisa Melebar

Secara keseluruhan, defisit neraca perdagangan dan jasa Amerika Serikat tumbuh hingga 50 miliar dollar AS. Perusahaan-perusahaan AS mengimpor lebih banyak barang dibandingkan mengekspor, tren yang didorong oleh kondisi perekonomian yang tengah menguat.

Biro statistik mencatatkan, impor Amerika serikat meningkat 1,1 persen, didorong meningkatnya belanja produk dan material industri. Namun, penduduk AS membeli lebih sedikit produk-produk konsumer seperti handphone, yang sebagian besar diimpor dari China.

Nilai ekspor pun meningkat dikisaran angka yang sama, sebagian besar didorong oleh ekspor bahan bakar juga kedelai.

Baca juga: Neraca Perdagangan RI Diprediksi Membaik Tahun Ini

Defisit perdagangan antara Amerika Serikat dan China berkurang 1,9 miliar dollar AS menjadi 28,3 miliar dollar AS pada Maret ini, seiring dengan nilai impor yang juga terus berkurang.

Kesenjangan defisit perdagangan pun berkurang 12 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, di mana Trump belum menerapkan tarif impor untuk menekan China melakukan negosiasi perdagangan.

Keberadaan tarif membuat produk-produk buatan China menjadi lebih mahal bagi penduduk sekaligus jalannya binsis di AS, membuat importir harus mengimpor dari negara lain.

Beberapa negara bahkan mulai menggeser rantai pasokannya untuk menghindari tarif, namun hal tersebut membutuhkan waktu. Dalam beberapa waktu ini, importir cenderung mengorbankan ongkos impor tersebut atau membebankannya kepada konsumen.

Baca juga: Perang Dagang, China Siap Membalas jika Trump Jadi Naikkan Tarif Impor

Beberapa perusahaan China memilih untuk tetap bersaing di pasar AS dengan mengambil risiko tarif tersebut agar bisa tetap berkompetisi di pasar AS. Namun, beberapa hasil riset mengungkapkan, keberadaan tarif justru menekan konsumen dan produsen AS.

Saat ini, perwakilan negosiator China pun telah tiba di AS untuk melanjutkan negosiasi perdagangan antar kedua negara. Padahal pada Senin, (6/5/2019) pejabat perdagangan AS mengatakan Beijing telah mengingkari perjanjian perdagangan yang sebelumnya pernah dilakukan.

Mereka juga mengonfrimasi bahwa Presiden Trump akan meningkatkan tarif impor untuk 200 miliar dollar AS produk impor China dari yang sebelumnya sebesar 10 persen menjadi 25 persen.

Trump juga mengancam akan menambah tarif baru untuk barang-barang China yang saat ini tidak dikenakan pajak. Langkah itu dapat menambah daftar panjang produk konsumer, termasuk iPhone, mainan dan alas kaki, yang sejauh ini lolos dari tarif.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber CNN
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Jumlah Investor Kripto RI Capai 19 Juta, Pasar Kripto Nasional Dinilai Semakin Matang

Jumlah Investor Kripto RI Capai 19 Juta, Pasar Kripto Nasional Dinilai Semakin Matang

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com