Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perang Dagang dengan AS, China Hadapi Kondisi yang Tak Mudah

Kompas.com - 16/05/2019, 04:16 WIB
Bambang P. Jatmiko

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - China kehabisan pilihan untuk menyerang Amerika Serikat (AS) tanpa merusak kepentingannya sendiri, ketika Washington mengintensifkan tekanan pada Beijing untuk memperbaiki ketidakseimbangan perdagangan.

Mengutip Reuters, dari Kontan.co.id Kamis (16/5/2019), pada pekan ini China memutuskan mengenakan tarif lebih tinggi pada sebagian besar impor AS dengan nilai 60 miliar dollar AS. Itu daftar yang jauh lebih pendek dibandingkan dengan 200 miliar dollar AS produk China yang dinaikkan tarifnya oleh AS.

AS juga tengah menargetkan perusahaan teknologi China seperti Huawei dan ZTE hingga mengirim kapal perang melalui Selat Taiwan yang strategis.

Ketika tekanan meningkat, para pemimpin China mendesak untuk segera menyegel kesepakatan dan menghindari perang dagang berlarut-larut yang berisiko menghambat pembangunan ekonomi jangka panjang China.

Tetapi Beijing sadar akan kemungkinan reaksi nasionalistis jika dipandang terlalu banyak mengalah ke Washington.

Sementara bila Beijing menyetujui tuntutan AS untuk mengakhiri subsidi dan keringanan pajak perusahaan milik negara dan sektor strategis berpotensi melemahkan cengkeraman Partai Komunis terhadap ekonomi.

"Kami masih memiliki amunisi, tetapi kami mungkin tidak menggunakan semuanya," kata orang dalam lingkar kekuasaan Partai Komunis China yang menolak identitasnya dipublikasi.

"Tujuannya adalah untuk mencapai kesepakatan yang dapat diterima kedua belah pihak," lanjutnya.

Sejak Juli tahun lalu, China secara kumulatif telah mengenakan tarif pembalasan tambahan hingga 25 persen pada sekitar 110 miliar dollar AS barang dari AS.

Berdasarkan data perdagangan Biro Sensus AS 2018, China hanya membeli sekitar 10 miliar dollar AS produk AS, seperti minyak mentah dan pesawat besar.

Sebaliknya, Presiden AS Donald Trump mengancam tarif lebih dari 300 miliar dollar AS barang asal Tiongkok.

Satu-satunya barang lain yang dapat dikenakan pajak oleh Beijing adalah impor layanan AS. Amerika Serikat memiliki surplus perdagangan jasa dengan China sebesar 40,5 miliar dollar AS pada 2018.

Tetapi China tidak memiliki pengaruh yang lebih besar atas Amerika Serikat seperti yang terlihat karena sebagian besar surplus itu ada di bidang pariwisata dan pendidikan, bidang yang akan lebih sulit bagi pemerintah China untuk mundur secara signifikan. (Noverius Laoli)

 

Artikel ini telah tayang di Kontan.co.id dengan judul: Tidak ada pilihan mudah bagi China menghadapi perang dagang Trump

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

Whats New
Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com