JAKARTA, KOMPAS.com - Di tengah gejolak ekonomi global yang tidak tentu arah, seperti perang dagang yang tak kunjung menemui titik temu, penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), kurs rupiah yang melemah 1,45 persen bulan Mei 2019 tentu membuat investor mundur.
Investment Director Aberdeen Standard Investments Indonesia Bharat Joshi mengungkapkan, perlu adanya strategi investasi di tengah gelojak ekonomi global tersebut.
Strategi investasi yang dimaksud adalah menyarankan investor untuk masuk ke pasar modal dengan diversifikasi portofolionya terlebih dahulu.
Baca juga: Minat Investasi Saham? Simak 3 Tipe Investor Ini
"Dengan penurunan IHSG yang begitu tajam, kita harus evaraging down. Kita harus beli sedikit-sedikit, jangan masuk terus," ucap Joshi di Jakarta, Kamis (16/5/2019).
Untuk produk investasi, Joshi membedakannya dengan umur masing-masing investor. Untuk investor dewasa, dia menyarankan obligasi dan balance fund. Namun untuk milenial, Bharat lebih menyarankan produk saham sebagai jawabannya.
"Untuk milenial, bagusnya cari yang resiko tinggi dan return yang besar seperti saham. Kalau kita lihat return-nya dibanding tahun kemarin, saham sudah berlipat-lipat," saran Joshi.
Baca juga: Idealnya, Besaran Investasi dan Tabungan 20 Persen dari Pendapatan
Menurut Joshi, justru saat ini merupakan waktu yang tepat untuk investasi. Sayangnya, investor lokal justru takut-takut terhadap risiko yang akan dihadapi di tengah memuncaknya gejolak ekonomi global.
Dia menyarankan, sangat penting bagi pemerintah, investor, maupun pelaku bisnis melihat perkembangan situasi ekonomi global dalam negeri maupun luar negeri dengan sudut pandang yang positif.
"Itu semua datang dari sentimen. Saya yakin investor itu menunggu sentimen. Kalau sudut pandangnya terhadap investasi akan negatif, maka semuanya negatif. Padahal kita seharusnya berpikiran optimis di saat semuanya berpikiran negatif," pungkas Joshi.