Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perang Dagang, Indonesia Mesti Bersiap Terima Industri dari China

Kompas.com - 21/05/2019, 12:43 WIB
Fika Nurul Ulya,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Jakarta Halim Alamsyah menilai, perang dagang AS-China akan berdampak dalam jangka panjang pada Indonesia sehingga harusnya Indonesia bersiap-siap menjadi ladang investor baru.

"Perang dagang berdampak panjang, dengan adanya perang dagang AS-China, negara lain akan berlomba-lomba menyerap investasi yang keluar dari China. Pertanyaannya, kita siap atau tidak menerima industri yang akan pindah dari China. Ini sebetulnya yang harus kita persiapkan," ucap Halim Alamsyah di Jakarta, Senin (20/5/2019).

Perang dagang yang terus berlanjut juga mempengaruhi penurunan ekonomi dunia termasuk Indonesia. Namun Halim mengatakan, penurunan ekonomi China akan lebih berpengaruh terhadap Indonesia dibanding penurunan ekonomi Amerika.

Baca juga: Perang Dagang, Nike hingga Adidas Surati Donald Trump

"Meski China merupakan negara ke-2 ekonomi dunia dan Amerika ekonomi ke-1 dunia, tapi China akan lebih berpengaruh. Sebab, China adalah mitra dagang ke-1 bagi Indonesia, sementara Amerika berada di posisi ke-5," papar Halim.

Halim menyebut, setiap 1 persen penurunan PDB China, Indonesia juga akan menurun 0,19 persen PDB. Namun, setiap 1 persen penurunan PDB Amerika Serikat, Indonesia hanya turun 0,05 persen.

Meski sedikit, Halim mengimbau pemerintah untuk benar-benar memperhatikan dampak keberlanjutan perang dagang AS-China.

"Ini harusnya menjadi konsen, karena sekecil apapun tetap penurunan. Apabila ekonomi mereka menyusut, pasti akan tetap ada dampak ke Indonesia," kata Halim.

Sebelumnya Investment Director Aberdeen Standard Investment Indonesia Bharat Joshi juga menilai hal yang sama. Bharat menilai kedua negara tersebut akan menaikkan bea tarif masing-masing sehingga China pun kesulitan menemukan pembeli dari produk-produk buatannya.

Akibat perang tarif ini, banyak investor yang keluar dari China dan mencari negara-negara lain untuk menyeimbangkan supply-nya. Dari situ, besar kemungkinan bisnis baru akan mengalir ke Asia Tenggara termasuk Indonesia sehingga Indonesia harus bersiap-siap menjadi ladang investor baru.

"Karena kalau kita lihat supply chain, ya. Suply chain sekarang didominasi di negara China. Kalau perang dagang terus berlanjut, banyak perusahaan-perusahaan asing yang melihat perang dagang AS-China akan balance suply chain mereka ke negara-negara ASEAN, seperti Thailand dan Indonesia," ucap Bharat Joshi baru-baru ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com