Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pertumbuhan Ekonomi AS Diprediksi Cuma 1 Persen di Kuartal II 2019

Kompas.com - 27/05/2019, 14:00 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis

Sumber CNBC

NEW YORK, KOMPAS.com - Para ekonom JP Morgan memprediksi pertumbuhan ekonomi AS pada kuartal II 2019 hanya 1 persen. Angka ini jauh lebih rendah dari prediksi sebelumnya, yakni 2,25 persen dan realisasi kuartal I 2019 yakni 3,2 persen.

Mereka menyatakan, risiko-risiko penting terhadap pertumbuhan ekonomi AS termasuk ketidakpastian akibat perang dagang, sentimen bisnis yang terpengaruh perang dagang, dan perlambatan ekonomi global.

"Laporan barang-barang tahan lama pada April 2019 buruk, khususnya rincian terkait pemesanan dan pengiriman barang-barang modal. Ditambah lagi laporan penjualan ritel April 2019 yang juga buruk," kata para ekonom JP Morgan seperti dikutip dari CNBC, Senin (27/5/2019).

Baca juga: BI: Perang Dagang akan Lebih Rugikan AS Ketimbang China

Mereka menyatakan, dari kondisi-kondisi tersebut, terlihat bahwa pertumbuhan aktivitas ekonomi pada kuartal II 2019 menurun secata tajam dari kuartal I 2019.

Para ekonom JP Morgan pun mengubah pandangan mereka terkait bank sentral AS Federal Reserve. Mereka memperkirakan langkah berikutnya yang akan diambil oleh The Fed bukan merupakan kenaikan suku bunga acuan.

"Sebelumnya kami mengekspektasikan langkah berikutnya (yang akan dilakukan) The Fed adalah kenaikan (suku bunga acuan), meskipun menurut proyeksi kami pada akhir 2020," jelas para ekonom.

Mereka pun kini melihat adanya risiko langkah The Fed berikutnya adalah antara kenaikan atau pemangkasan suku bunga. Kemungkinannya pun dipandang seimbang.

Baca juga: Sektor Ritel AS Mulai Terdampak Perang Dagang

Laporan barang-barang tahan lama serta data manufaktur dan jasa AS secara mengejutkan menunjukkan pelemahan. Kondisi itu memicu aksi jual dari pasar saham dan obligasi pemerintah AS, US Treasury bonds.

Imbal hasil atau yield obligasi AS berbalik. Rendahnya yield merefleksikan kekhawatiran tentang kondisi perekonomian Negeri Paman Sam.

"Investasi bisnis nett di kemudian hari akan bergejolak pada kuartal II, lantaran ketidakpastian dan risiko geopolitik memberatkan bagi keinginan korporasi untuk memesan barang modal baru," ujar Chris Rupkey, kepala ekonom MUFG Union Bank.

Baca juga: Perang Dagang, Nike hingga Adidas Surati Donald Trump

Optimisme bisnis, kata Rupkey, sangat kecil pada sektor manufaktur. Ia menyebut, para direktur keuangan korporasi pun dalam sejumlah survei meyakini bahwa ada peningkatan kemungkinan terjadinya resesi.

Dengan demikian, mereka membatalkan pesanan barang modal pada Maret 2019 dan memesan lebih sedikit peralatan produksi pada April 2019.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber CNBC
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Angkutan Lebaran 2024

Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Angkutan Lebaran 2024

Whats New
Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Whats New
Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Whats New
Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Whats New
Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

BrandzView
Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Whats New
Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Whats New
Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Whats New
Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Spend Smart
Kadin Proyeksi Perputaran Uang Saat Ramadhan-Lebaran 2024 Mencapai Rp 157,3 Triliun

Kadin Proyeksi Perputaran Uang Saat Ramadhan-Lebaran 2024 Mencapai Rp 157,3 Triliun

Whats New
Kebutuhan Dalam Negeri Jadi Prioritas Komersialisasi Migas

Kebutuhan Dalam Negeri Jadi Prioritas Komersialisasi Migas

Whats New
Ratusan Sapi Impor Asal Australia Mati Saat Menuju RI, Badan Karantina Duga gara-gara Penyakit Botulisme

Ratusan Sapi Impor Asal Australia Mati Saat Menuju RI, Badan Karantina Duga gara-gara Penyakit Botulisme

Whats New
Watsons Buka 3 Gerai di Medan dan Batam, Ada Diskon hingga 50 Persen

Watsons Buka 3 Gerai di Medan dan Batam, Ada Diskon hingga 50 Persen

Spend Smart
Utang Pemerintah Kian Bengkak, Per Februari Tembus Rp 8.319,22 Triliun

Utang Pemerintah Kian Bengkak, Per Februari Tembus Rp 8.319,22 Triliun

Whats New
Heran Jasa Tukar Uang Pinggir Jalan Mulai Menjamur, BI Malang: Kurang Paham Mereka Dapat Uang Dari Mana...

Heran Jasa Tukar Uang Pinggir Jalan Mulai Menjamur, BI Malang: Kurang Paham Mereka Dapat Uang Dari Mana...

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com