Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Emas Melonjak, Ini Sebabnya

Kompas.com - 24/06/2019, 12:51 WIB
Fika Nurul Ulya,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

Sumber CNN

NEW YORK, KOMPAS.com - Harga emas mengalami kenaikan mencapai 1.400 dollar AS per ons. Angka tersebut merupakan level tertinggi sejak September 2013. Diperkirakan, harga emas bisa naik hampir 10 persen selama tahun 2019.

Harga emas yang naik signifikan tentu saja berkat ekspektasi penurunan suku bunga yang digadang-gadang bakal dilakukan bank sentral AS, The Fed, bulan depan. Harapan turunnya suku bunga telah mendorong dollar AS melemah sehingga harga emas cenderung melesat.

"Emas sedang terbakar," kata Kit Juckes, ahli strategi pendapatan tetap global di Societe Generale dikutip dari CNN, Senin (24/6/2019).

Baca juga: Harga Jual Emas Antam Turun ke Rp 679.000 Per Gram

Drama lanjutan seputar pembicaraan perdagangan antara Amerika Serikat dan China di G20 juga membantu mendorong emas lebih tinggi. Jika Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping mencapai kesepakatan pada pertemuan G20 minggu depan di Osaka, Jepang, harga emas akan terus naik.

"Terutama karena pasar tidak mengharapkan The Fed untuk melakukan apa pun yang akan mendorong dolar menguat," kata Juckes.

Kepala Investasi UBS Global Wealth Management Mark Haefele pun berharap The Fed bersikap dovish dan tercapainya kesepakatan dagang antara AS-China.

"Kami berharap The Fed bersikap dovish, tercapainya kesepakatan perdagangan AS-China, sehingga suku bunga AS lebih rendah mampu mendukung harga emas," kata Kepala Investasi UBS Global Wealth Management Mark Haefele.

Baca juga: Nabung Emas di E-Commerce, Bisa Mulai Beli dengan Berapa Rupiah?

Tingginya harga emas juga terdorong oleh ketegangan geopolitik dengan Iran setelah drone asal AS ditembak jauh oleh Pengawal Revolusi Iran minggu lalu. Pada hari Jumat pekan lalu, Trump sempat berkicau di akun Twitter-nya bahwa AS akan menyerang Iran jika Iran belum memutuskan untuk mundur.

Karena itulah investor datang berbondong-bondong mengincar emas, yang biasanya menjadi tempat paling aman saat volatilitas meningkat. Apalagi, emas merupakan aset berwujud yang nilainya tak akan bisa dipengaruhi oleh keputusan Bank Sentral.

"Emas secara historis menjadi kantong kekuatan dalam periode di mana ketidakpastian meningkat tajam," kata ahli strategi investasi CFRA, Lindsey Bell.

Baca juga: Harga Emas Antam Masih Stabil, Beli atau Tidak?

Reli emas selalu dapat bertahan. Investor terus melihat emas sebagai cara untuk melindungi diri jika harga saham jatuh tajam.

"Emas adalah cara yang cerdas dan defensif untuk mendiversifikasi portofolio di babak selanjutnya dari pasar bullish yang ketidakpastian meningkat," tambah Bell.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber CNN
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com