Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Orang-orang Paling Kaya di AS Minta Pemerintah Setempat Pajaki Mereka

Kompas.com - 26/06/2019, 08:06 WIB
Mutia Fauzia,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

NEW YORK, KOMPAS.com - Beberapa orang terkaya di Amerika Serikat seperti George Soros, Abigail Disney, serta co-founder Facebook Chris Hughes menyerukan kepada pemerintah setempat untuk memberlakukan pajak kekayaan federal.

Seperti dikutip dari CNN, Rabu (26/6/2019) dengan diberlakukannya hal tersebut, diharapkan bakal bisa membantu mengatasi ketimpangan pendapatan serta menyediakan dana untuk mengatasi perubahan iklim dan masalah kesehatan masyarakat.

"Kami menulis surat untuk menyerukan kepada semua kandidat Presiden, baik mereka dari Partai Republik atau Demokrat, untuk mendukung pajak kekayaan moderat atas kekayaan orang terkaya sepersepuluh dari 1 persen orang Amerika terkaya - pada kami," menurut sebuah surat ditandatangani oleh 19 orang (dengan satu anonim) yang diunggah secara online, Senin (25/6/2019).

"Pendapatan pemerintah melalui pajak seharusnya datang dari orang-orang yang paling kaya, bukan dari mereka kelas menengah atau mereka yang berpendapatan rendah di Amerika," tulis surat tersebut.

Adapun kandidat calon presiden dari Partai Demokrat Elizabeth Warren, Pete Buttigieg dan Beto O'Rourke menyetujui usulan tersebut.

Warren telah mengusulkan 2 persen pajak untuk aset di atas 50 juta dollar AS, dan tambahan 1 persen untuk aset di atas 1 miliar dollar AS. Dengan demikian, penghasilan perpajakan pemerintah bisa menyentuh 3 triliun dollar AS selama 10 tahun.

Walaupun demikian, tidak semua anggota Partai Demokrat sepakat dengan pemberlakuan pajak kekayaan tersebut karena banyak yang percaya sulit menilai kekayaan secara obyektif seperti kekayaan seni dan perhiasan.

Selain itu, ada pula yang khawatir pajak semacam itu tidak konstitusional karena pemerintah dilarang untuk memajaki properti, hanya pendapatan saja.

Negara-negara di Eropa telah memiliki pengalaman yang sangat beragam dengan diberlakukannya pajak kekayaan. Dari 15 negara anggota OECD yang memberlakukannya pada 1995, hanya empat negara yang masih bertahan seperti Swiss, Belgia, Norwegia dan Spanyol.

Sementara Perancis, Swedia dan Jerman adalah negara-negara yang memutuskan untuk tidak lagi memberlakukan aturan perpajakan tersebut karena sulit untuk diimplementasikan.

Beberapa dari mereka yang menandatangani surat tersebut telah menyatakan keprihatinan tentang meningkatnya ketimpangan atau ketidaksetaraan. Hughes sebelumnya sempat menuliskan dalam bukunya "Fair Shot" untuk memajaki orang kaya dalam jumlah yang lebih besar.

Sementara Abigail Disney yang ayah dan pamannya merupakan pendiri Walt Disney sempat mengatakan paket kompensasi senilai 56,6 juta dollar AS untuk CEO Disney adalah hal yang gila.

Penandatangan lain, pengusaha Nick Hanauer, sebelumnya juga sempat memperingatkan "sesama miliarder" tentang peningkatan kesenjangan kekayaan negara pada tahun 2014.

"Tidak ada contoh dalam sejarah manusia di mana kekayaan menumpuk seperti ini dan garpu rumput akhirnya tidak keluar," ujar dia.

Kesenjangan kekayaan memang kian dalam. Pekan lalu, Bernard Arnault bergabung dengan Jeff Bezos dan Bill Gates dalam daftar 3 orang terkaya dengan kekayaan setidaknya 100 miliar dollar AS pada Bloomberg Billionaires Index, yang 500 anggotanya memiliki kekayaan bersih total 5,5 triliun dollar AS, naik dari 4,9 triliun dollar AS dua tahun lalu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

Whats New
Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Whats New
Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Whats New
Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Whats New
Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Whats New
Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Whats New
Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Whats New
Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

BrandzView
Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Whats New
Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Whats New
Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Whats New
Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Spend Smart
Kadin Proyeksi Perputaran Uang Saat Ramadhan-Lebaran 2024 Mencapai Rp 157,3 Triliun

Kadin Proyeksi Perputaran Uang Saat Ramadhan-Lebaran 2024 Mencapai Rp 157,3 Triliun

Whats New
Kebutuhan Dalam Negeri Jadi Prioritas Komersialisasi Migas

Kebutuhan Dalam Negeri Jadi Prioritas Komersialisasi Migas

Whats New
Ratusan Sapi Impor Asal Australia Mati Saat Menuju RI, Badan Karantina Duga gara-gara Penyakit Botulisme

Ratusan Sapi Impor Asal Australia Mati Saat Menuju RI, Badan Karantina Duga gara-gara Penyakit Botulisme

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com