JAKARTA, KOMPAS.com - Lapindo Brantas mengaku unya tagihan ke pemerintah sebesar Rp 1,9 triliun. Uang tersebut diklaim sebagai piutang atas penanggulangan luapan lumpur di Sidoarjo.
Berita tersebut menjadi yang terpopuler sepanjang hari kemarin, Rabu (26/6/2019). Berita lainnya adalah alasan Jepang suka dengan tenaga kerja asal Indonesia.
Berikut berita terpopuler selengkapnya:
Lapindo Brantas Inc dan PT Minarak Lapindo Jaya menyatakan punya utang ke pemerintah sebesar Rp 773,3 miliar. Di sisi lain, perusahaan juga mengklaim memiliki piutang ke pemerintah sebesar 128,24 juta dollar AS atau sekitar Rp 1,9 triliun.
Piutang tersebut dinyatakan berasal dari dana talangan kepada pemerintah atas penanggulangan luapan Lumpur Sidoarjo yang dilakukan oleh Lapindo Brantas Inc dan PT Minarak Lapindo Jaya pada periode 29 Mei 2006 sampai 31 Juli 2007. Selengkapnya silakan baca di sini
Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Jepang untuk Indonesia, Masafuki Ishii mengaku negaranya mempunyai alasan tersendiri tertarik merekrut tenaga kerja berketerampilan asal Indonesia. Salah satunya karena potensi besar yang dimiliki tenaga kerja asal Indonesia. Apa alasannya yang lain? Silakan selengkapnya di sini
Pemerintah berencana mengurangi pembayaran kompensasi kepada PT Perusahaan Listrik Negara ( PLN). Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Suahasil Nazara mengatakan, hal ini diperlukan untuk mengurangi beban keuangan negara. Sebab, nilai subsidi listrik terus meningkat dari tahun ke tahun.
Padahal, sejak 2016 pemerintah sudah melakukan pendataan bagi golongan rumah tangga yang bisa menerima subsidi listrik di mana hanya pelanggan 450 VA dan 900 VA yang bisa menerima subsidi. Selengkanya baca di sini
Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko meminta rencana pemindahan ibu kota tidak hanya digodok dari sisi anggaran semata. Menurut dia, ada hal penting lainnya yang juga harus dipikirkan oleh pemerintah yakni soal pemindahan kekuatan militer ke ibu kota baru. Selengkapnya baca di sini
Sebanyak 8 dari 10 kota termahal di dunia bagi para ekspatriat sepanjang tahun 2019 berada di Asia. Hal ini berdasarkan survei yang dilakukan Mercer bertajuk 2019 Cost of Living Survey. Dilansir dari pernyataan resmi Mercer, Rabu (26/6/2019), kondisi ini merupakan dampa dari naiknya biaya barang-barang konsumsi untuk ekspatriat dan pergerakan pasar properti yang dinamis. Selengkapnya baca di sini
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.