KOMPAS.com - Bengkulu berhasil mengekspor sarang burung walet ke Taiwan dengan total ekspor senilai 4.318 US dollar.
Kepala Karantina Pertanian Bengkulu M. Ischaq menuturkan, sarang walet menjadi potensial karena harganya mencapai Rp 25 juta per kilogram (kg).
Sementara itu, harga jual ekspor ke Tiongkok mencapai Rp 40 juta per kg.
"Dari data tahun 2018, ekspor sarang walet Indonesia ke Tiongkok secara keseluruhan nilainya mencapai Rp 40,6 triliun," kata Ischaq dalam pernyataan tertulis, Jumat (28/6/2019).
Kendati demikian, di balik pencapaian tersebut ternyata masih terselip kendala akses logistik.
Kepala Badan Karantina Pertanian (Barantan) Kementerian Pertanian (Kementan) Ali Jamil mengungkapkan, biasanya ekspor dilakukan melalui Jakarta atau Semarang.
Kedua kota dipilih karena belum adanya rumah walet yang tersertifikasi dan belum tersedianya penerbangan internasional langsung dari Bengkulu.
Namun agar ekspor tetap berjalan, saat ini sarang walet asal Bengkulu diekspor ke Taiwan melalui kantor pos atau jasa titipan.
"Ini bisa jadi alternatif sementara, lewat jasa titipan atau bandara internasional terdekat. Intinya, kami dorong agar bisa langsung lewat Bengkulu, dan pastinya harus disertifikasi karantina agar sesuai persyaratan negara tujuan," ungkap Jamil.
Pemerintah mendorong para petani dan pelaku industri walet meregistrasi rumah walet dan tempat produksinya ke Barantan.
Dengan demikian, hasil produksi yang dihasil lebih berdaya saing.
Kementan berkomitmen dan terus menjalin komunikasi dengan instansi dan pemerintah daerah agar akses logistik internasional tak panjang.
Komoditas ekspor lainnya
Tak hanya sarang walet, Bengkulu juga mengekspor cangkang sawit ke Thailand senilai Rp 7,15 miliar.
Ada juga karet lempengan yang diekspor ke Amerika Serikat senilai Rp 2,17 miliar.