Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Inilah 4 Negara yang Paling Diuntungkan Perang Dagang China-AS

Kompas.com - 04/07/2019, 07:32 WIB
Mutia Fauzia,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

WASHINGTON, KOMPAS.com - Vitenam, Taiwan, Bangladesh dan Korea Selatan adalah empat negara yang paling diuntungkan dari perang dagang antara Amerika Serikat dan China.

Pasalnya, akibat perang dagang ini, konsumsi penduduk Amerika Atas barang-barang China jadi kian berkurang. Namun, alih-alih meningkatkan produksinya di AS, peritel memilih untuk menghindari tarif Presiden Donlad Trump dengan beralih ke pemasok di negara-negara Asia lain.

Seperti dikutip dari CNN, Kamis (4/7/2019), Biro Sensus setempat menyatakan, tren penurunan impor dari China terjadi dalam waktu lebih dari 1 tahun sejak negosiasi perdagangan antara Amerika Serikat dan China dilakukan.

Selama lima bulan pertama tahun ini, Amerika Serikat mengimpor 12 persen lebih sedikit produk-produk asal China jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Namun, impor dari Vietnam melonjak hingga 36 persen, Taiwan 23 persen, Bangladesh 14 persen, dan Korea Selatan 12 persen.

Tarif yang diterapkan oleh Presiden Trump membuat barang-barang konsumer seperti topi baseball, koper, sepeda dan tas tangan yang diproduksi di Cina lebih mahal bagi importir Amerika. Tarif tersebut juga berlaku untuk berbagai mesin dan barang industri, termasuk suku cadang untuk mesin pencuci piring, mesin cuci pakaian, pengering dan filter air.

Pada Mei lalu, pelaku bisnis Amerika Serikat pun dikejutkan dengan tambahan tarif untuk 200 miliar produk China dari yang sebelumnya 10 persen menjadi 25 persen. Trump juga mengancam bakal menerapkan tarif untuk produk impor lainya seperti ponsel, mainan, sepatu bahkan ikan.

Pekan lalu, Presiden Trump menyatakan kembali kepada jalur negosiasi dan tarif baru yang bakal diterapkan untuk China ditunda terlebih dahulu. Sebab, dirinya telah melakukan pertemuan dengan Presiden China Xi Jinping pada KTT G20 di Osaka, Jepang.

Trump pun meyakini China bakal menyetujui kesepakatan lantaran tarif yang dikenakan pada barang-barang China merugikan bisnis.

"China semakin hancur oleh perusahaan yang meninggalkan China, pergi ke negara lain, termasuk negara kita," katanya dalam sebuah wawancara dengan CNBC bulan lalu.

Sekitar 40 persen dari perusahaan yang disurvei pada bulan Mei oleh Kamar Dagang Amerika dan mitranya di Shanghai mengatakan mereka sedang mempertimbangkan atau telah merelokasi beberapa manufaktur ke luar China karena tarif.

Bagi mereka yang telah memindahkan produksi, sekitar seperempat bergeser ke Asia Tenggara. Kurang dari 6 persen mengatakan mereka telah pindah atau sedang mempertimbangkan untuk pindah ke Amerika Serikat.

Sementara impor dari negara-negara di luar China telah meningkat secara signifikan tahun ini, beberapa produksi sudah pindah ke luar Cina ke tempat-tempat dengan upah yang jauh lebih rendah jauh sebelum Trump mulai memberlakukan tarif.

Impor AS dari negara-negara seperti Vietnam dan Korea Selatan terus meningkat dalam beberapa dekade terakhir karena negara-negara tersebut telah meningkatkan produksi pakaian jadi dan elektronik.

Taiwan dan Korea Selatan lebih fokus pada barang-barang teknologi tinggi seperti semikonduktor, tetapi Vietnam dan Bangladesh memberikan tawaran upah yang kompetitif sehingga menjadikannya tempat yang menarik untuk membuat barang-barang konsumen seperti pakaian dan sepatu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Watsons Buka 3 Gerai di Medan dan Batam, Ada Diskon hingga 50 Persen

Watsons Buka 3 Gerai di Medan dan Batam, Ada Diskon hingga 50 Persen

Spend Smart
Utang Pemerintah Kian Bengkak, Per Februari Tembus Rp 8.319,22 Triliun

Utang Pemerintah Kian Bengkak, Per Februari Tembus Rp 8.319,22 Triliun

Whats New
Heran Jasa Tukar Uang Pinggir Jalan Mulai Menjamur, BI Malang: Kurang Paham Mereka Dapat Uang Dari Mana...

Heran Jasa Tukar Uang Pinggir Jalan Mulai Menjamur, BI Malang: Kurang Paham Mereka Dapat Uang Dari Mana...

Whats New
Dongkrak Performa, KAI Logistik Hadirkan Layanan 'Open Side Container'

Dongkrak Performa, KAI Logistik Hadirkan Layanan "Open Side Container"

Whats New
Sumbangan Sektor Manufaktur ke PDB 2023 Besar, Indonesia Disebut Tidak Alami Deindustrialisasi

Sumbangan Sektor Manufaktur ke PDB 2023 Besar, Indonesia Disebut Tidak Alami Deindustrialisasi

Whats New
Harga Bahan Pokok Jumat 29 Maret 2024, Harga Ikan Tongkol Naik

Harga Bahan Pokok Jumat 29 Maret 2024, Harga Ikan Tongkol Naik

Whats New
Modal Asing Kembali Cabut dari RI, Pekan Ini Nilainya Rp 1,36 Triliun

Modal Asing Kembali Cabut dari RI, Pekan Ini Nilainya Rp 1,36 Triliun

Whats New
Kerap Kecelakaan di Perlintasan Sebidang, 5 Lokomotif KA Ringsek Sepanjang 2023

Kerap Kecelakaan di Perlintasan Sebidang, 5 Lokomotif KA Ringsek Sepanjang 2023

Whats New
Kemenag Pastikan Guru PAI Dapat THR, Ini Infonya

Kemenag Pastikan Guru PAI Dapat THR, Ini Infonya

Whats New
Harga Emas Antam Meroket Rp 27.000 Per Gram Jelang Libur Paskah

Harga Emas Antam Meroket Rp 27.000 Per Gram Jelang Libur Paskah

Whats New
Kapan Seleksi CPNS 2024 Dibuka?

Kapan Seleksi CPNS 2024 Dibuka?

Whats New
Info Pangan 29 Maret 2024, Harga Beras dan Daging Ayam Turun

Info Pangan 29 Maret 2024, Harga Beras dan Daging Ayam Turun

Whats New
Antisipasi Mudik Lebaran 2024, Kemenhub Minta KA Feeder Whoosh Ditambah

Antisipasi Mudik Lebaran 2024, Kemenhub Minta KA Feeder Whoosh Ditambah

Whats New
Jokowi Tegaskan Freeport Sudah Milik RI, Bukan Amerika Serikat

Jokowi Tegaskan Freeport Sudah Milik RI, Bukan Amerika Serikat

Whats New
Astra Infra Group Bakal Diskon Tarif Tol Saat Lebaran 2024, Ini Bocoran Rutenya

Astra Infra Group Bakal Diskon Tarif Tol Saat Lebaran 2024, Ini Bocoran Rutenya

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com