Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pertumbuhan Ekonomi Singapura Kuartal II 2019 Terburuk dalam 10 Tahun

Kompas.com - 12/07/2019, 12:28 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis

SINGAPURA, KOMPAS.com - Kinerja perekonomian Singapura pada kuartal II 2019 lebih buruk dari yang diprediksi sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi Singapura mencapai rekor terendah sejak krisis keuangan global.

Dilansir dari The Straits Times, Kementerian Perdagangan dan Industri (MTI) mengestimasikan pertumbuhan ekonomi Singapura pada kuartal II 2019 hanya 0,1 persen. Angka tersebut jauh di bawah ekspektasi para ekonom yang disurvei Bloomberg, yakni 1,1 persen.

Capaian pertumbuhan ekonomi tersebut merupakan yang terebsah sejak perekonomian Singapura terkontraksi 1,2 persen pada kuartal II 2009. Kala itu, krisis keuangan global melanda.

Kalangan ekonom menyatakan, data terbaru tersebut menunjukkan adanya pelemahan di sejumlah sektor penting. Semua sektor penting tersebut terkontraksi sejak kuartal I 2019.

Baca juga: Lagi, Paspor Singapura dan Jepang Terkuat di Dunia

Sektor manufaktur merosot 6 persen dibandingkan kuartal sebelumnya pada kuartal II 2019. Sementara itu, sektor konstruksi terkontraksi 7,6 persen dan sektor jasa terkontraksi 1,5 persen.

"Tampaknya risiko resesi teknikal semakin muncul. Ini bukan cerita yang dibuat-buat, yang kita tahu bisa berkembang dengan cepat bersamaan dengan unggahan pada Twitter Presiden Amerika Serikat," kata Selena Ling, kepala riset tresuri dan strategi di OCBC Bank.

Resesi teknikal dapat terjadi apabila perekonomian melambat dalam dua kuartal berturut-turut. Ling menyatakan, perlambatan yang terjadi dapat memukul pasar tenaga kerja.

Baca juga: Terpukul Perang Dagang, Singapura Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi

Menurut dia, ada perlambatan di sektor jasa. Kondisi ini mengisyaratkan keyakinan konsumen dapat terkikis dan masyarakat mengencangkan ikat pinggang mereka.

Pemerintah Singapura telah meninjau kembali proyeksi pertumbuhan ekonomi pada tahun ini yang dipatok berkisar 1,5 hingga 2,5 persen. Pimpinan Otoritas Moneter Singapura (MAS) Ravi Menon menjelaskan, hal ini sejalan dengan perang dagang AS dan China memukul investasi, perdagangan, dan manufaktur.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Menperin Siapkan Insentif untuk Amankan Industri dari Dampak Konflik Timur Tengah

Menperin Siapkan Insentif untuk Amankan Industri dari Dampak Konflik Timur Tengah

Whats New
Respons Bapanas soal Program Bantuan Pangan Disebut di Sidang Sengketa Pilpres

Respons Bapanas soal Program Bantuan Pangan Disebut di Sidang Sengketa Pilpres

Whats New
Freeport Indonesia Catat Laba Bersih Rp 48,79 Triliun pada 2023, Setor Rp 3,35 Triliun ke Pemda Papua Tengah

Freeport Indonesia Catat Laba Bersih Rp 48,79 Triliun pada 2023, Setor Rp 3,35 Triliun ke Pemda Papua Tengah

Whats New
KPLP Kemenhub Atasi Insiden Kebakaran Kapal di Perairan Tanjung Berakit

KPLP Kemenhub Atasi Insiden Kebakaran Kapal di Perairan Tanjung Berakit

Whats New
Wamenkeu Sebut Suku Bunga The Fed Belum Akan Turun dalam Waktu Dekat

Wamenkeu Sebut Suku Bunga The Fed Belum Akan Turun dalam Waktu Dekat

Whats New
PNS yang Dipindah ke IKN Bisa Tempati Apartemen Mulai September

PNS yang Dipindah ke IKN Bisa Tempati Apartemen Mulai September

Whats New
RMKE: Ekspor Batu Bara Diuntungkan dari Pelemahan Rupiah

RMKE: Ekspor Batu Bara Diuntungkan dari Pelemahan Rupiah

Whats New
Antisipasi Darurat Pangan di Papua Selatan, Kementan Gencarkan Optimasi Lahan Rawa di Merauke

Antisipasi Darurat Pangan di Papua Selatan, Kementan Gencarkan Optimasi Lahan Rawa di Merauke

Whats New
Erick Thohir Minta Pertamina hingga MIND ID Borong Dollar AS, Kenapa?

Erick Thohir Minta Pertamina hingga MIND ID Borong Dollar AS, Kenapa?

Whats New
Nasabah Kaya Perbankan Belum 'Tersengat' Efek Pelemahan Nilai Tukar Rupiah

Nasabah Kaya Perbankan Belum "Tersengat" Efek Pelemahan Nilai Tukar Rupiah

Whats New
Apa Saja Penyebab Harga Emas Naik Turun?

Apa Saja Penyebab Harga Emas Naik Turun?

Work Smart
Bapanas Ungkap Biang Kerok Harga Tomat Mahal

Bapanas Ungkap Biang Kerok Harga Tomat Mahal

Whats New
Jadi BUMD Penyumbang Dividen Terbesar, Bank DKI Diapresiasi Pemprov Jakarta

Jadi BUMD Penyumbang Dividen Terbesar, Bank DKI Diapresiasi Pemprov Jakarta

Whats New
Kadin Sebut Ekonomi RI Kuat Hadapi Dampak Konflik di Timur Tengah

Kadin Sebut Ekonomi RI Kuat Hadapi Dampak Konflik di Timur Tengah

Whats New
Rupiah Tembus Rp 16.100, Menko Airlangga: karena Dollar AS Menguat

Rupiah Tembus Rp 16.100, Menko Airlangga: karena Dollar AS Menguat

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com