Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bisnis Migas Dinilai Rumit, Jonan Tawarkan Tenaga Ahlinya ke BPK

Kompas.com - 22/07/2019, 15:16 WIB
Mutia Fauzia,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Praktik bisnis di sektor hulu energi, mulai dari minyak dan gas hingga mineral dan batu bara adalah praktik bisnis yang penuh risiko.

Tak jarang ditemui, orangnya yang mendapatkan untuk besar ketika berhasil dalam menjalankan bisnis ini, namun tak jarang pula yang dihadapkan pada kerugian. Pasalnya, proses eksplorasi yang dilakukan di perut bumi tak mudah dilakukan.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan mengatakan, rumitnya bisnis di sektor ini menunjukan tingginya ketidakpastian di sektor hulu migas sangat tinggi. Sayangnya, jika dalam proses pencarian sumber daya ini mengalami kerugian, kerap dimasukkan dalam kerugian negara hingga masuk ke pidana.

Baca juga: Jonan Akui Kebingungan Listriki 500.000 Rumah Tangga Tak Mampu

Ditambah lagi, tidak semua penegak hukum di dalam negeri memahami riskannya praktik bisnis ini.

Oleh karena itu, Jonan menyarankan adalah agar BPK merekrut tenaga ahli dari pegawai Kementerian ESDM.

"Jadi saya saran ke tempat Prof Rizal Djalil (BPK) misalnya inspektur migas ditempatkan di sini jd auditor. KPK sudah rekrut satu orang kami supaya ada pemahaman yang sama. Kalau enggak, nanti pemahamannya beda, bahaya sekali," jelas dia ketika di Auditorium BPK, Jakarta, Senin (22/7/2019).

Sebelumnya, Kementerian ESDM juga sudah menghibahkan salah satu tenaga ahlinya kepada Komisi Pemberantasan Korupsi.

Baca juga: Jonan Lapor Jokowi soal Pengembangan Blok Masela

Adapun Jonan menjelaskan, dalam praktik bisnis hulu migas, tidak bisa dipastikan besaran jumlah dari kandungan cadangan yang berhasil ditemukan.

"Kandungannya pun (cadangan yang dicari dan ditemukan), setelah lengkap pasti ditulis, proven, probable, possible berapa. Kalau ini misalnya ditarik ke ranah kepastian hukum harus sekian (jumlahnya), enggak mungkin. Kalau enggak percaya, yang sekolah hukum saja masuk ke dalam perut bumi," kata dia.

Dia pun mendorong pentingnya penggunaan teknologi mutakhir dalam proses menemukan sumber daya migas yang ada di perut bumi. Sebab, hal inilah yang menjadi salah satu kelemahan dari proses eksplorasi di Tanah Air.

Baca juga: Ignasius Jonan, Si Keras Kepala yang Dua Kali Pimpin Kementerian

Sebagai contoh, Jonan menyebutkan penemuan minyak di Blok Cepu, Jawa Tengah, yang saat ini menjadi blok penghasil minyak terbesar di Indonesia.

Sebelum akhirnya beproduksi dan dikelola Exxonmobile, Blok Cepu pada 30-40 tahun lalu dibor oleh PT Pertamina (Persero) dan Humpuss. Sayangnya, kala itu, perusahaan tersebut tak menemukan minyak yang dicari.

"Lalu diserahkan ke pemerintah dan diberikan ke Exxon (lelang). Sekarang produksinya lebih besar dari produksi Blok Mahakam. Ini satu fakta semuanya tergangtung teknologi, seismik, dan sebagianya. Jadi teknologi sangat mempengaruhi," ucap dia.

Contoh lain adalah di Blok Masela yang memiliki cadangan gas hingga 18,5 Trillion Cubic Feet (TCF). Pemerintah baru saja menyetujui proposal pengembangannya di Lapangan Abadi, Maluku.

Baca juga: Jonan Revisi Rencana Pengembangan Blok Masela, Apa Sebabnya?

Jonan mengatakan, produksi per tahunnya diperkirakan 9,5 juta ton gas setara minyak. Dia bilang, meski baru disetujui proposalnya setelah digantung 20 tahun, bukan tidak mungkin sumber gas di perut Maluku sudah ada miliaran tahun lamanya.

"Ini sama seperti Blok Corridor digabung Blok Mahakam. Ini 30 persen dari diproduksi gas nasional sekarang," kata dia.

Lalu contoh lain di sumber gas cari di Tangguh, Papua yang dioperasikan perusahaan migas asal Inggris, British Petroleum. Sebelumnya, di wilayah kerja ini pernah dioperasikann adan usaha lain tapi tidak menemukan cadangan.

"Jadi sebenarnya barangnya di bawah (perut bumi) ada cuma kita saja enggak nemu. Kalau mau refreshing ke Cepu, lihat sejarah di sana. Dulunya enggak ketemu. Mungkin dulu sekolahnya Pertamina dan Exxon beda," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com