Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

KSSK: Stabilitas Sistem Keuangan Semester I-2019 Terjaga

Kompas.com - 30/07/2019, 15:48 WIB
Mutia Fauzia,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) memastikan kondisi stabilitas sistem keuangan dalam negeri terjaga pada kuartal II-2019.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memaparkan, berdasarkan hasil rapat KSSK yang dilakukan Jumat (26/7/2019) lalu dapat disimpulkan stabilitas sistem keuangan domestik tetap baik ditpoang industri perbankan yang sehat dan keuangan yang domestik.

"Berdasarkan hasil pemantauan perekonomian Indonesia, baik moneter, fiskal, pasar keuangan, lembaga jasa keuangan dan penjaminan simpanan menyimpulkan stabilitas sistem keuangan kuartal II-2019 terjaga baik," ujar Sri Mulyani di Jakarta, Selasa (30/7/2019).

Baca juga: OJK: Semester I-2019, Stabilitas Sektor Jasa Keuangan Terjaga

Adapun KSSK yang diketuai oleh Sri Mulyani beranggotakan Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) WImboh Santoso, dan Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Halim Alamsyah.

Sri Mulyani mengungkapkan, setidaknya terdapat tiga faktor yang memengaruhi sistem keuangan Indonesia. Hal pertama, ketidakpastian pasar keuangan global yang mulai agak menurun.

"Dengan adanya langah-langkah yang dilakukan oleh bank sentral di negara-negara maju yang kemudian diikuti oleh bank sentral di negara berkembang yang melakukan pelonggaran kebijakan moneter, termasuk yang akan dilakukan oleh bank sentral Amerika Serikat yang diprediksi akan menurunkan suku bunga kebijakan moneternya," ujar dia.

Baca juga: BI terus Lakukan Pendalaman Pasar untuk Jaga Stabilitas Makroekonomi

Faktor kedua adalah imbal hasil investasi portofolio di Indonesia yang cenderung masih kompetitif dan menarik. Hal tersebut meningkatkan aliran masuk modal asing ke dalam negeri.

Data terakhir BI pun menunjukkan, aliran modal asing yang masuk ke Indonesia hingga 26 Agustus 2018 lalu mencapai Rp 193,2 triliun. Jika dirinci, aliran modal asing tersebut masuk melalui instrumen SBN sebesar Rp 120.1 triliun dan instrumen saham sebesar Rp 72,1 triliun.

Faktor ketiga adalah membaiknya persepsi mengenai prospek perekonomian Indonesia dengan meningkatnya sovereign rating oleh Standard and Poor's pada Mei lalu.

Baca juga: Jaga Stabilitas Ekonomi Jadi Alasan BI Tahan Suku Bunga

"Juga perkembangan positif di sektor riil turut menyebabkan optimisme paska pemilu," jelas Sri Mulyani.

"Berbagai perkembangan ini telah menyebabkan aliran modal asing ke Indonesia dan menyebabkan penguatan nilai tukar rupiah dan juga meningkatkan kinerja pasar obligasi negara maupun pasar saham," ujar dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com