Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Turun, Pertumbuhan Ekonomi DKI Jakarta Masih Lebih Tinggi dari Nasional

Kompas.com - 06/08/2019, 11:12 WIB
Mutia Fauzia,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pertumbuhan Ekonomi DKI Jakarta kuartal II-II 2019 melambat, namun masih lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional. Setelah tumbuh sebesar 6,25 persen (yoy) pada kuartal-I, pertumbuhan pada kuartal-II turun menjadi 5,71 persen (yoy).

Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi DKI Jakarta Hamid Ponco Wibowo mengatakan pertumbuhan kuartal-II tersebut masih lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional yang sebesar 5,05 persen (yoy).

"Melambatnya pertumbuhan ekonomi pada kuartal-II 2019 tertahan oleh meningkatnya konsumsi," ujar dia dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com Senin (5/5/2019).

Baca juga: Pertumbuhan Ekonomi RI Melambat di Kuartal II-2019, Mengapa?

Pertumbuhan PMTB tercatat mengalami kontraksi sebesar 3,13 persen (yoy) karena lebih terbatasnya aktivitas pembangunan infrastruktur di DKI Jakarta. Ekspor mengalami perlambatan menjadi 5,44 persen (yoy) seiring perlambatan ekonomi dunia. Sementara itu impor mengalami kenaikan menjadi 12,14 persen (yoy) seiring masih kuatnya konsumsi.

"Peningkatan konsumsi, baik pada konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, maupun konsumsi lembaga non profit yang melayani rumah tangga (LNPRT) dapat menahan perlambatan ekonomi lebih lanjut," jelas Hamid.

Konsumsi rumah tangga tercatat tumbuh sebesar 6,15 persen (yoy) karena adanya momen puasa dan hari raya Idul Fitri sehingga turut mendorong belanja masyarakat.

Baca juga: Pertumbuhan Ekonomi RI Melambat, Ini Fakta-faktanya

Konsumsi pemerintah tumbuh hingga 34,61 persen (yoy), karena adanya peningkatan realisasi THR untuk aparatur sipil negara (ASN). Konsumsi LNPRT tercatat tumbuh sebesar 17,93 persen (yoy) karena masih adanya dorongan dari pelaksanaan Pemilu 2019.

Dari sisi lapangan usaha (LU), perlambatan pertumbuhan ekonomi terutama terjadi pada LU industri pengolahan dan LU konstruksi. LU industri pengolahan terkontraksi sebesar 4,03 persen (yoy), yang terutama disebabkan oleh turunnya produksi kendaraan bermotor.

LU utama lainnya yaitu konstruksi juga mengalami kontraksi sebesar 0,45 persen (yoy) sejalan dengan kinerja investasi yang masih tertahan.

Sementara itu, sejalan dengan positifnya kinerja konsumsi, LU perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor tumbuh sebesar 5,08 persen (yoy) karena dorongan belanja masyarakat yang masih kuat.

Beberapa LU lainnya mampu mencapai kinerja yang baik sehingga memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan ekonomi pada kuartal-II 2019.

LU jasa perusahaan tumbuh 13,09 persen (yoy) karena masih berlangsungnya aktivitas oleh berbagai lembaga terkait Pemilu.

LU administrasi pemerintahan, pertahanan, dan jaminan sosial wajib juga mampu tumbuh hingga 16,91 persen (yoy), sejalan dengan konsumsi pemerintah yang tumbuh tinggi.

 "Kantor Perwakilan Bank Indonesia DKI Jakarta akan terus memonitor berbagai perkembangan baik di tingkat regional, nasional, maupun eksternal, sekaligus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk terus mendorong pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta," tukas Hamid.

Baca juga: Turun, Ekonomi Indonesia Kuartal II-2019 Hanya Tumbuh 5,05 Persen

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Stok Lampu Bisa Langka gara-gara Implementasi Permendag 36/2023

Stok Lampu Bisa Langka gara-gara Implementasi Permendag 36/2023

Whats New
IHSG Ditutup Naik 63 Poin, Rupiah Menguat di Bawah Level 16.200

IHSG Ditutup Naik 63 Poin, Rupiah Menguat di Bawah Level 16.200

Whats New
Jam Operasional Pegadaian Senin-Kamis, Jumat, dan Sabtu Terbaru

Jam Operasional Pegadaian Senin-Kamis, Jumat, dan Sabtu Terbaru

Whats New
Bos BI Optimistis Rupiah Bakal Kembali di Bawah Rp 16.000 Per Dollar AS

Bos BI Optimistis Rupiah Bakal Kembali di Bawah Rp 16.000 Per Dollar AS

Whats New
Mendag Ungkap Penyebab Harga Bawang Merah Tembus Rp 80.000 Per Kilogram

Mendag Ungkap Penyebab Harga Bawang Merah Tembus Rp 80.000 Per Kilogram

Whats New
Hadapi Tantangan Perubahan Iklim, Kementan Gencarkan Pompanisasi hingga Percepat Tanam Padi

Hadapi Tantangan Perubahan Iklim, Kementan Gencarkan Pompanisasi hingga Percepat Tanam Padi

Whats New
Panen Ganda Kelapa Sawit dan Padi Gogo, Program PSR dan Kesatria Untungkan Petani

Panen Ganda Kelapa Sawit dan Padi Gogo, Program PSR dan Kesatria Untungkan Petani

Whats New
Alasan BI Menaikkan Suku Bunga Acuan Jadi 6,25 Persen

Alasan BI Menaikkan Suku Bunga Acuan Jadi 6,25 Persen

Whats New
Cara dan Syarat Gadai Sertifikat Rumah di Pegadaian

Cara dan Syarat Gadai Sertifikat Rumah di Pegadaian

Earn Smart
Cara dan Syarat Gadai HP di Pegadaian, Plus Bunga dan Biaya Adminnya

Cara dan Syarat Gadai HP di Pegadaian, Plus Bunga dan Biaya Adminnya

Earn Smart
Peringati Hari Konsumen Nasional, Mendag Ingatkan Pengusaha Jangan Curang jika Mau Maju

Peringati Hari Konsumen Nasional, Mendag Ingatkan Pengusaha Jangan Curang jika Mau Maju

Whats New
United Tractors Bagi Dividen Rp 8,2 Triliun, Simak Jadwalnya

United Tractors Bagi Dividen Rp 8,2 Triliun, Simak Jadwalnya

Whats New
Kunjungan ke Indonesia, Tim Bola Voli Red Sparks Eksplor Jakarta bersama Bank DKI dan JXB

Kunjungan ke Indonesia, Tim Bola Voli Red Sparks Eksplor Jakarta bersama Bank DKI dan JXB

Whats New
Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, Bos BI: Untuk Memperkuat Stabilitas Rupiah

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, Bos BI: Untuk Memperkuat Stabilitas Rupiah

Whats New
KEJU Bakal Tebar Dividen, Ini Besarannya

KEJU Bakal Tebar Dividen, Ini Besarannya

Earn Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com