BEKASI, KOMPAS.com - NET TV dikabarkan merampingkan karyawannya sebagai imbas upaya perusahaan menyusun strategi agar tetap eksis.
Adapun perampingan yang dimaksud adalah menawarkan pengunduran diri terhadap karyawan-karyawannya.
Menilai hal itu, akademisi dan praktisi bisnis Rhenald Kasali mengatakan, semua bisnis di era mobilisasi digital saat ini memang tak bisa lagi mengandalkan pendapatan utama dan berdiri sendiri. Mesti ada pendapatan tambahan berbasis ekosistem.
"Muncul berita NET TV mau PHK. Ini karena analisa bisnis sudah berubah. Industri berubah menjadi digital, sehingga the main is no longer the main. NET TV jangan hanya mengandalkan iklan untuk tumbuh. Karena sekarang bayar iklan di televisi itu lebih mahal ketimbang bayar iklan di sosial media sewa influencer," kata Rhenald Kasali di Jatiwarna Bekasi, Selasa (13/8/2019).
Baca juga: Kabar PHK Massal di NET TV, Ini Klarifikasi Wishnutama
Menurut Rhenald, fenomena ini terjadi di seluruh lini bisnis, tidak hanya NET TV. Hal ini berpengaruh terhadap banyak hal, mulai dari marketing, komunikasi publik, pelayanan jasa publik, leadership, hingga pengelolaan ekonomi.
"Maskapai Garuda Indonesia misalnya, saat ini tak bisa hidup hanya dari penjualan tiket, sama halnya NET TV tak bisa lagi mengandalkan iklan. Akhirnya mereka coba beri pelayanan lagi, seperti main game di pesawat. Ini berbasis ekosistem," ujar Rhenald.
Pasalnya, kata Rhenald, hal ini terjadi karena sekarang eranya MO, mobilisasi dan orkestrasi.
Baca juga: 4 Fakta soal Kabar PHK Massal NET TV