Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Swasta Enggan Investasi Bangun Rumah Sakit di Pelosok, Ini Sebabnya

Kompas.com - 19/08/2019, 14:50 WIB
Fika Nurul Ulya,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Founder dan Chairman Center for Healthcare Policy and Reform Studies (Chapters) Indonesia Luthfi Mardiansyah mengatakan, pembangunan infrastruktur kesehatan yang tak merata menyebabkan layanan kesehatan banyak tak dijumpai di pelosok Indonesia.

Menurutnya, pembangunan yang digencarkan Presiden Joko Widodo harus dibarengi dengan pembangunan infrastruktur kesehatan, baik di sekitar proyek pembangunan maupun di pulau-pulau terpencil.

"Presiden Jokowi dalam periode keduanya akan meneruskan pembangunan infrastruktur. Permasalahannya, infrastruktur kesehatan dianggap penting apa tidak? Karena pembangunan rumah sakit saat ini masih di lokasi-lokasi yang itu-itu saja, seperti Pulau Jawa. Infrastruktur sekarang lebih secara fisik pembangunan jalan, tapi di fasilitas kesehatan belum terjangkau dengan baik," kata Luthfi Mardiansyah di Jakarta, Senin (19/8/2019).

Baca juga: Saratoga Fokus Investasi di Rumah Sakit dan Cold Chain Logistic

Luthfi mengatakan demikian bukan tanpa sebab. Pasalnya, saat dirinya bertandang ke Labuan Bajo yang digadang-gadang menjadi "Bali Kedua" dan menjadi tempat pariwisata super prioritas yang hendak dibangun pemerintah, hanya terdapat 1 rumah sakit swasta.

Founder dan Chairman Center for Healthcare Policy and Reform Studies (Chapters) Indonesia Luthfi Mardiansyah saat konferensi pers bersama awak media tentang peta jalan E-Health di Jakarta, Senin (19/8/2019).KOMPAS.COM/FIKA NURUL ULYA Founder dan Chairman Center for Healthcare Policy and Reform Studies (Chapters) Indonesia Luthfi Mardiansyah saat konferensi pers bersama awak media tentang peta jalan E-Health di Jakarta, Senin (19/8/2019).

"Itupun mereka akui tidak bisa survive bila tidak ada subsidi," ucap Luthfi.

Hal itu terjadi, kata Luthfi, karena susahnya proses perizinan yang memakan waktu hingga 2 tahun. Pun dari segi bisnis, banyak pihak swasta yang enggan berinvestasi untuk membangun rumah sakit di pelosok karena tak dapat untung.

Untuk itu, Luthfi menyarankan pemerintah memberikan subsidi agar investor mau menanamkan modalnya di sana.

"Pemerintah perlu mengatur untuk memberikan subsidi agar ekosistem kesehatan bisa berkembang dan survive di manapun," saran dia.

Baca juga: Lippo Karawaci Rampungkan Penjualan Rumah Sakit di Myanmar

Apalagi, populasi Indonesia merupakan populasi ke-4 terbesar di dunia, yang banyak didominasi oleh usia muda dan masyarakat ekonomi kelas menengah.

Bonus demografi ini menjadi kekuatan untuk Indonesia untuk bersaing di kancah global.

"Tapi saya bisa bilang itu (bonus demografi) bisa menjadi pemasalahan. Kalau hanya besar, tapi sistem kesehatan enggak mumpuni, bagaimana? Apalagi sekarang usia muda sudah banyak yang kena penyakit berat, ini akan jadi beban biaya kalau sistem kesehatannya enggak baik," pungkas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Earn Smart
7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

Whats New
'Regulatory Sandbox' Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

"Regulatory Sandbox" Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

Whats New
IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

Whats New
Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Whats New
Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Whats New
Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Whats New
Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Whats New
Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Whats New
Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Whats New
Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

BrandzView
Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Whats New
Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Whats New
Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Whats New
Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Spend Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com