BrandzView
Konten ini merupakan kerjasama Kompas.com dengan GOPAY

Meski Tak Beken, Rupanya Peran UMKM Lebih Penting Dibandingkan Perusahaan Besar

Kompas.com - 29/08/2019, 17:45 WIB
Mico Desrianto,
Kurniasih Budi

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Tak bisa disangkal, peran para pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia terbilang besar.

Mulai dari menghampiri penjual sayur mayur di pagi hari, santap siang di warteg, sampai membeli keperluan pribadi di warung-warung tak lepas dari jasa UMKM.

UMKM ada di mana-mana, mulai dari gang sempit hingga mall beken sekalipun. Hal tersebut diperkuat oleh data dari Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Kemenkop UKM).

Melalui laman resminya, Kemenkop UKM menyebut pada 2017 jumlah UMKM di Indonesia mencapai 62.9 juta.

Dengan angka sebesar itu, tak heran Direktur Jenderal Pajak (DJP) Robert Pakpahan menyebut UMKM menjadi tulang punggung perekonomian seperti yang dimuat Kontan.co.id, Rabu (7/12/2018).

Kecil-kecil cabe rawit

Tak salah jika menyebut UMKM dianalogikan sebagai cabe rawit, meski ukurannya kecil, namun dapat memberikan dampak yang besar.

Robert melanjutkan, UMKM merepresentasikan 98,8 persen unit usaha yang ada di ekonomi.

Penyerapan tenaga kerja di sektor ini juga tergolong tinggi, yakni sekitar 96,99 persen dari total tenaga kerja di Indonesia.

Bahkan, UMKM turut menyumbang 60,3 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Nasional.

Sementara itu, seperti diwartakan Kompas.com Rabu (10/7/2018), Ketua Umum DPP Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia (HIPPI) Suryani Motik menyebut UMKM dapat membantu pemerintah menggenjot pertumbuhan ekonomi Nasional.

Hal ini terjadi lantaran UMKM tersebar di seluruh penjuru negeri dan menguasai sekitar 99 persen aktivitas bisnis. Jika dibagi, 98 persen berasal dari usaha mikro sementara sisanya usaha menengah.

Digitalisasi mempermudah akses

Suryani menambahkan, ada sejumlah faktor yang membuat posisi UMKM kuat untuk membangun perekonomian nasional.

Faktor yang dimaksud adalah memiliki kemampuan fokus yang spesifik, fleksibilitas nasional, biaya rendah, dan kecepatan inovasi.

Namun yang menjadi masalah, menurut pengamat ekonomi digital Yudi Candra, melansir Kompas.com (12/2/2019), UMKM Indonesia mengalami perlambatan pertumbuhan usaha dikarenakan keterbatasan akses.

Baca juga: Mengapa Masih Banyak UMKM Indonesia yang Belum Go Digital?

Akan tetapi, sejak era digital yang semakin berkembang pesat, perlahan tapi pasti menyelesaikan masalah tersebut dan berdampak positif bagi keberlangsungan UMKM. Seperti contoh dengan hadirnya Gojek.

Berdasarkan riset yang dilakukan Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LD FEB UI) pada 2018, Decacorn asal Indonesia tersebut berhasil mencapai nilai transaksi hingga Rp 44,2 triliun, 80 persennya mengalir ke mitra UMKM.

Lalu riset LD FEB UI juga menyebutkan, 93 persen responden mitra UMKM mengaku mengalami peningkatan volume transaksi setelah memanfaatkan layanan Gojek.

Uang digital

Salah satu pendiri sekaligus CEO Gojek, Nadiem Makarim, mengatakan angka tersebut masih bisa bertambah apabila layanan lain digabungkan, GoPay contohnya.

Ini karena layanan uang digital yang berada dalam ekosistem Gojek itu turut membantu keberlangsungan UMKM di Indonesia. Caranya dengan menjadi jembatan penghubung antara konsumen dengan UMKM.

Baca juga: Nadiem Makarim: Gojek Majukan UMKM di Indonesia

Tak hanya sebagai penghubung semata, GoPay turut berupaya meningkatkan pendapatan UMKM dengan mendorong lebih banyak transaksi, seperti menyediakan promo menarik.

Terkini, GoPay sedang melaksanakan promo cashback 30 persen di 360.000 UMKM di seluruh Indonesia hingga akhir Agustus 2019.

Selain itu, ada pula ragam promo lainnya di bulan Agustus lewat campaign Semangat Merdeka.

Lalu GoPay turut bekerja sama dengan 28 bank dan lembaga jasa keuangan, salah satunya Bank BNI untuk mempermudah UMKM, dalam hal ini merchant Go-Food, mengakses Kredit Usaha Rakyat (KUR).

Cukup memanfaatkan data transaksi GoPay, maka Bank sudah dapat menilai kelayakan UMKM menerima kredit.

Semua langkah itu dilakukan untuk menggairahkan roda perekonomian di sektor ini.

Karenanya, bertransaksi menggunakan layanan ini pun berarti pengguna sudah ikut ambil bagian untuk memajukan UMKM.

Berkat upayanya tersebut, Gopay dinobatkan sebagai salah satu perusahaan pengubah dunia versi majalah Fortune di tahun 2019.

Itulah alasan mengapa UMKM disebut sebagai penopang perekonomian nasional. Terlebih saat ini keberlangsungan UMKM dapat terus berlanjut berkat kemajuan teknologi.

Namun sayang, kehadiran uang digital untuk membantu UMKM belumlah maksimal. Pasalnya saat ini masih sedikit pelaku UMKM yang melek digital.

Hal itu dibenarkan Yudi Chandra. Menurut dia, berdasarkan data akhir tahun 2018, dari 58,91 juta usaha mikro, 57.260 usaha kecil dan 4.987 usaha menengah hanya 5 persen saja yang sudah go digital.

Hal tersebut pun menjadi tantangan bagi pemerintah untuk meningkatkan kemampuan digital pelaku UMKM.

Ini perlu agar mereka dapat memanfaatkan perkembangan teknologi untuk meningkatkan penetrasi pasar dan berdampak pada perekonomian nasional.

 

 


Terkini Lainnya

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
komentar di artikel lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com