Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kilang Aramco Diserang Drone, Harga Minyak Bisa Tembus 100 Dollar AS?

Kompas.com - 16/09/2019, 06:38 WIB
Erlangga Djumena

Editor

Sumber

JAKARTA, KOMPAS.com - Serangan drone ke kilang milik Saudi Aramco pada akhir pekan lalu membuat produksi minyak Arab Saudi anjlok hingga 50 persen. Hal itu membuat harga minyak mentah langsung melonjak 10 dollar AS menembus level 60 dollar AS per barrel.

Akankah harga emas hitam itu akan terus merangkak naik hingga level 100 dollar AS?

Analis Central Capital Futures Wahyu Tribowo Laksono menyebut, skenario terburuk akibat peristiwa itu memang bisa membuat harga minyak dunia menembus level 100 dollar AS. Namun dia menilai perisitwa itu tak akan mampu menahan harga minyak berada di level tinggi untuk waktu yang lama.

Bahkan, muncul kecurigaan bahwa kecelakaan di kilang minyak Aramco memiliki unsur geopolitik untuk menjaga harga minyak tidak jatuh terlalu dalam.

"Geopolitical event Aramco ini bisa memicu harga naik tembus 60 dollar AS per barrel, di jangka pendek. Tapi enggak akan lama, harga akan masuk lagi ke area 50 dollar AS per barrel-60 dollar AS per barrel untuk jangka menengah," sebut Analis Central Capital Futures Wahyu Tribowo Laksono seperti dilansri Kontan.co.id, Minggu (15/9/2019).

Baca juga: Harga Minyak Dunia Merosot ke Titik Terendah Tahun Ini

Informasi saja, pada Sabtu (14/9/2019) kilang minyak Saudi Aramco diserang 10 drone. Akibatnya, dua kilang minyak terbakar dan menyebabkan produksi minyak di Arab Saudi anjlok 5,7 juta barrel per hari atau sekitar 50 persen dari total produksi negara kaya minyak itu.

Wahyu tak menampik bahwa terbakarnya kilang di Saudi Aramco bakal memberikan dampak, apalagi jika berkaitan dengan Saudi. Arab Saudi memiliki major solo produser, Aramco, dengan wilayah kilang dan jalur transportasi terpusat.

Kondisi tersebut rentan terhadap ancaman dan gangguan produksi, baik teknikal maupun geopolitik oleh teroris atau perang negara lain. Lain halnya dengan Amerika Serikat (AS) dan Rusia yang sama-sama produsen raksasa minyak. Mereka memiliki perusahaan yang relatif jamak dengan area kilang dan jalur transportasi beragam.

Dari sisi harga, Wahyu menilai kenaikan harga 10 dollar AS per barrel masih wajar sebagai dampak dari terbakarnya kilang Aramco. Tentunya, dengan asumsi akan segera ada recovery dari produsen kilang minyak tersebut.

Namun, jika kondisi berlarut maka ada potensi bagi harga minyak naik 10 dollar AS per barrel hingga 20 dollar AS per barrel. Bahkan, bukan tidak mungkin untuk harga minyak dunia menyentuh level 100 dollar AS per barrel, sebagai skenario terburuk.

"Tapi ada kecurigaan ini permainan harga saat formal policy sudah tak mampu menekan harga. Aksi koboi ini dijalankan untuk keuntungan, bukan hanya politik tapi juga ekonomi," sebutnya.

Baca juga: Arab Saudi Geser Pasar Ekspor Minyak Mentah ke China

Hanya saja, secara keseluruhan Wahyu optimistis dampak terbakarnya kilang minyak hanya bersifat sementara. Menurut dia, sentimen fundamental seperti supply dan demand masih menjadi penggerak utama harga minyak.

Sementara itu, belum adanya kejelasan dari Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) untuk pemangkasan produksi membuat volume produksi minyak dunia terus bertumbuh. Wahyu berpendapat, sikap OPEC yang tidak tegas menentukan pemangkasan produksi, dinilai karena tidak ingin kehilangan pangsa pasarnya.

Apalagi selain dari produksi OPEC, suplai minyak dari AS masih bisa bertambah. Ini didukung prediksi EIA bahwa produksi minyak AS bakan naik sebesar satu juta barel per hari di tahun depan.

Untuk itu, Wahyu menilai hal yang wajar jika harga minyak sulit untuk naik. Secara tidak langsung, baik OPEC maupun AS sama-sama melakukan kompetisi untuk menguasai pasar minyak dunia. Di sisi lain, suplai masih sulit dibendung sedangkan permintaan sulit untuk diangkat.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com