Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tertarik Bangun Ibu Kota Baru, Bos Wika Gedung Incar Proyek APBN

Kompas.com - 18/09/2019, 07:33 WIB
Fika Nurul Ulya,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Wika Gedung tertarik ikut ambil bagian dalam pembangunan ibu kota baru di Penajem Paser Utara dan sebagian Kutai Kertanegara.

Direktur Utama PT Wijaya Karya Bangunan Gedung alias Wika Gedung Nariman Prasetyo mengatakan pihaknya mesti memanfaatkan peluang sebaik-baiknya jika pemerintah memberikan aba-aba pembangunan ibu kota baru dimulai.

"Kami harus sigap membuat aksi jangan sampai ketinggalan karena regulasi bukan di kami. Kami adalah pelaku bisnis konstruksi. Pada saat pluit dibunyikan tidak boleh kaget. Kalau bisa kita sebagai pionir," kata Nariman Prasetyo di Jakarta, Selasa (17/9/2019).

Nariman mengatakan akan mengincar proyek-proyek APBN minimal 20 persen. Sebab, proyek dengan skema pendanaan APBN dinilai paling aman untuk perseroan.

Baca juga : Tahun Ini, Wika Gedung Incar Kontrak Baru Rp 11,98 Triliun

"Paling tidak kami menyasar yang APBN dulu. Anggap saja 20 persen atau Rp 2 triliun lah itu sudah sebuah opportunity untuk kami," ujar Nariman.

Adapun skema APBN adalah salah satu dari tiga skema pendanaan pemindahan ibu kota baru. Skema APBN ini diperkirakan bakal mendanai sekitar 19,2 persen atau sebesar Rp 93,5 triliun.

Sementara skema lainnya adalah skema pendanaan Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) dan skema pendanaan dari pihak swasta.

Terkait proyek-proyek yang dibangun, Wika akan membangun sesuai keahliannya, seperti membangun gedung, perkantoran, perumahan, rumah sakit, bangunan tinggi, dan bangunan lain yang sesuai dengan core bisnisnya.

Saat ini kata Nariman, Wika Gedung telah memiliki teknologi untuk membangun dengan metode precast sehingga pembangunan tidak akan memakan waktu lama.

Perseroan selama ini juga sudah berpengalaman dengan metode precast seperti pembangunan rumah anti gempa usai bencana alam di NTB dan Palu.

"Kita bisa buat rumah anti gempa precast secepat-cepatnya. Jadi tidak manual seperti yang biasa kita lihat. Atau pakai modular juga bisa cepat karena disana kebutuhannya mendesak dengan waktu yang terbatas," jelas Nariman.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com