Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Produksi Garam Nasional Berlebih, Sisanya untuk Apa?

Kompas.com - 25/09/2019, 09:32 WIB
Fika Nurul Ulya,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Indonesia kelebihan stok garam. Sebab, industri yang mampu menyerap banyak garam hanya mengambil kualitas garam K1, atau sekitar 30 persen dari keleluruhan garam yang ada.

"Ada 100 persen, yang K1 cuma 30 persen. Nah, K1 kalau diibaratkan 3 juta ton, berarti cuma 900.000 ton yang memenuhi standar industri," kata Plt Asisten Deputi Peternakan dan Perikanan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Toni Nainggolan di Jakarta, Selasa (24/9/2019).

Sementara garam di bawah kualitas K1, banyak digunakan untuk konsumsi rumah tangga. Kendati demikian, kata Toni, garam rumah tangga tidak menyerap sebanyak industri. Dari 3 juta ton, kemungkinan penyerapannya hanya 600.000 ton.

Baca juga : Kasus Kartel Garam, KPPU Panggil Kemendag

"Nah, yang di bawah ini untuk kita makan. Yang balok-balok di pasar, yang di kemasan, kalau dikumpulin itu kurang lebih hanya 600.000," jelas dia.

Sementara itu, produksi garam tahun 2019 adalah sebesar 2,7 juta ton. Artinya, masih tersisa 1,7 juta ton lagi yang seharusnya bisa digunakan.

Toni berharap, pemakaian sisa garam masih bisa dimaksimalkan agar harganya membaik, misalnya untuk pakan ternak, pendinginan ikan tangkap, dan untuk perkebunan. Terlebih, pemerintah bakal menaikkan 800.000 ton produksi garam nasional tahun 2020.

"Itu kita harapkan dipakai untuk perkebunan, untuk es ikan, dipakai untuk pakan ternak. Cuma saya belum hitung apakah sisanya itu tertampung untuk itu," ungkap dia.

Dia bilang, seandainya garam 2,7 ton tadi berkualitas K1, tentu impor garam bisa dihentikan karena semua mampu diserap industri. Sebab selama ini industri kekurangan garam kualitas K1 sehingga mesti impor sebagian.

"Kita stop saja impornya kasihan kan rakyatnya kalau seperti ini," tuturnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com