Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Uni Eropa Berencana Layangkan Balasan Tarif ke AS

Kompas.com - 04/10/2019, 08:13 WIB
Fika Nurul Ulya,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

Sumber CNN

LONDON, KOMPAS.com - Uni Eropa berencana melayangkan tarif balasan bila AS terus-menerus memberlakukan tarif kepada kelompok negara itu.

"Kami ingin menemukan penyelesaian yang adil dengan AS, tetap tidak berubah keinginan kami. Tapi jika AS memutuskan untuk memberlakukan tindakan balasan, tentu akan mendorong Eropa ke dalam situasi di mana kita tidak memiliki pilihan lain selain melakukan hal serupa," kata Komisaris Perdagangan Uni Eropa Cecilia Malmström dikutip CNN, Jumat (4/10/2019).

AS memang berencana menampar tarif pada ekspor barang-barang Eropa senilai 7,5 miliar dollar AS secepatnya tanggal 18 Oktober 2019.

Langkah tersebut diambil usai AS memenangkan gugatan di Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) atas subsidi pesawat terbang ilegal.

Baca juga: Menang di WTO, AS Bakal Terapkan Bea Masuk 25 Persen kepada Uni Eropa

Barang-barang eropa yang terkena tarif, antara lain pesawat baru dari Prancis, Jerman, Spanyol, dan Inggris atau semua negara yang memiliki lokasi produksi Airbus, keju parmesan, wine, Gouda, anggur, daging, minyak zaitun, dan pasta dari seluruh Uni Eropa.

Dari barang-barang tersebut, pesawat akan dikenakan tarif sebesar 10 persen sementara barang-barang lainnya dikenakan tarif sebesar 25 persen.

Sementara itu, konfliknya bermula pada tahun 2004. Saat itu, otoritas Uni Eropa menuduh Boeing telah menerima subsidi tidak adil dari pemerintah federal dan negara bagian senilai 19 miliar dollar AS. Di saat yang sama, AS juga mengajukan klaim serupa atas subsidi Eropa ke Airbus.

Untuk itu dalam beberapa bulan mendatang, WTO juga bakal menentukan jumlah tarif yang dapat diterapkan Uni Eropa pada produk-produk AS karena masalah subsidi yang tidak adil terhadap Boeing tersebut.

Kendati demikian, Malmström tidak memungkiri pengenaan tarif seperti yang dilakukan AS dan Uni Eropa kedepannya akan merusak bisnis dan warga negara di kedua negara itu.

"Jika kedua belah pihak memilih untuk mengenakan tarif, ini hanya akan menimbulkan kerusakan pada bisnis dan warga di kedua sisi Atlantik, dan membahayakan perdagangan global dan industri penerbangan yang lebih luas pada waktu yang sensitif," ucap Malmström.

Baca juga: Didenda Pajak 14 Miliar Dollar AS, Apple Ajukan Banding ke Pengadilan Tertinggi Uni Eropa

Tidak hanya itu, konflik berkepanjangan juga akan berdampak negatif pada maskapai penerbangan, pelancong, dan pekerjaan di AS.

CEO Airbus Guillaume Faury mengatakan, pihaknya berharap AS dan Uni Eropa bisa menemukan solusi yang lebih baik untuk menghindari kerusakan serius di industri penerbangan.

"Oleh karena itu Airbus berharap bahwa AS dan Uni Eropa akan setuju untuk menemukan solusi yang dinegosiasikan sebelum menciptakan kerusakan serius pada industri penerbangan serta hubungan perdagangan dan ekonomi global," kata CEO Airbus Guillaume Faury.

Sebelumnya, perdagangan antar kedua negara itu memang sudah mengalami ketegangan yang meningkat. AS bahkan telah menampar tarif pada ekspor baja dan alumunium beberapa waktu lalu.

Uni Eropa juga membalasnya dengan mengenakan tarif lebih dari 3 miliar dollar AS atas barang-barang AS pada Juni lalu. Retribusi tersebut menimpa produk-produk AS seperti motor, jus jeruk, bourbon, selai kacang, rokok, dan denim.

Baca juga: Tarif Biodiesel Dibalas BM Susu, Uni Eropa Sebut Indonesia Langgar WTO

Halaman:
Sumber CNN
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ditopang Pertumbuhan Kredit, Sektor Perbankan Diprediksi Semakin Moncer

Ditopang Pertumbuhan Kredit, Sektor Perbankan Diprediksi Semakin Moncer

Whats New
Survei: 69 Persen Perusahaan Indonesia Tak Rekrut Pegawai Baru untuk Hindari PHK

Survei: 69 Persen Perusahaan Indonesia Tak Rekrut Pegawai Baru untuk Hindari PHK

Work Smart
Heboh Loker KAI Dianggap Sulit, Berapa Sih Potensi Gajinya?

Heboh Loker KAI Dianggap Sulit, Berapa Sih Potensi Gajinya?

Whats New
Tantangan Menuju Kesetaraan Gender di Perusahaan pada Era Kartini Masa Kini

Tantangan Menuju Kesetaraan Gender di Perusahaan pada Era Kartini Masa Kini

Work Smart
Bantuan Pesantren dan Pendidikan Islam Kemenag Sudah Dibuka, Ini Daftarnya

Bantuan Pesantren dan Pendidikan Islam Kemenag Sudah Dibuka, Ini Daftarnya

Whats New
Tanggung Utang Proyek Kereta Cepat Whoosh, KAI Minta Bantuan Pemerintah

Tanggung Utang Proyek Kereta Cepat Whoosh, KAI Minta Bantuan Pemerintah

Whats New
Tiket Kereta Go Show adalah Apa? Ini Pengertian dan Cara Belinya

Tiket Kereta Go Show adalah Apa? Ini Pengertian dan Cara Belinya

Whats New
OJK Bagikan Tips Kelola Keuangan Buat Ibu-ibu di Tengah Tren Pelemahan Rupiah

OJK Bagikan Tips Kelola Keuangan Buat Ibu-ibu di Tengah Tren Pelemahan Rupiah

Whats New
Pj Gubernur Jateng Apresiasi Mentan Amran yang Gerak Cepat Atasi Permasalahan Petani

Pj Gubernur Jateng Apresiasi Mentan Amran yang Gerak Cepat Atasi Permasalahan Petani

Whats New
LPEI dan Diaspora Indonesia Kerja Sama Buka Akses Pasar UKM Indonesia ke Kanada

LPEI dan Diaspora Indonesia Kerja Sama Buka Akses Pasar UKM Indonesia ke Kanada

Whats New
Unilever Tarik Es Krim Magnum Almond di Inggris, Bagaimana dengan Indonesia?

Unilever Tarik Es Krim Magnum Almond di Inggris, Bagaimana dengan Indonesia?

Whats New
Simak 5 Cara Merapikan Kondisi Keuangan Setelah Libur Lebaran

Simak 5 Cara Merapikan Kondisi Keuangan Setelah Libur Lebaran

Earn Smart
Studi Kelayakan Kereta Cepat ke Surabaya Digarap China, KAI: Kita Enggak Ikut

Studi Kelayakan Kereta Cepat ke Surabaya Digarap China, KAI: Kita Enggak Ikut

Whats New
Pelemahan Nilai Tukar Rupiah Bisa Berimbas ke Harga Barang Elektronik

Pelemahan Nilai Tukar Rupiah Bisa Berimbas ke Harga Barang Elektronik

Whats New
Pendaftaran UM-PTKIN 2024 Sudah Dibuka, Ini Link, Jadwal, hingga Alurnya

Pendaftaran UM-PTKIN 2024 Sudah Dibuka, Ini Link, Jadwal, hingga Alurnya

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com