Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ekonom: Antisipasi Resesi, Pemerintah Perlu Ambil Langkah Ini

Kompas.com - 04/10/2019, 10:46 WIB
Fika Nurul Ulya,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Tidak hanya Indonesia, resesi ekonomi kini memang menjadi wacana yang telah bergulir dan menjadi ancaman bagi perekonomian global.

Menurut Center for Indonesian Policy Studies (CIPS), situasi politik dalam negeri yang belum stabil rawan membuat Indonesia resesi ekonomi, tanpa ada langkah antisipasi.

Untuk itu, peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Pingkan Audrine Kosijungan mengatakan, pemerintah perlu mengambil langkah preventif untuk melindungi perekonomian nasional dari gejolak ekonomi global.

Meskipun, kondisi perekonomian Indonesia saat ini masih tergolong cukup realistis dengan target pertumbuhan ekonomi mencapai 5,3 persen di tengah kondisi riil saat ini yang masih bertengger pada level 5,08 persen.

"Walaupun demikian, pemerintah tetap perlu terus mewaspadai ancaman resesi global yang mungkin terjadi pada tahun depan," kata Pingkan dalam keterangan pers, Jumat (4/10/2019).

Baca juga: Kemenko Perekonomian: Indonesia Perlu Mewaspadai Ancaman Resesi

Ia menambahkan, setidaknya ada dua faktor utama yang perlu diantisipasi oleh pemerintah dalam menyikapi gejolak ekonomi global yang berada di ambang resesi.

Pertama, faktor internal yang mencakup stabilitas kondisi sosial-politik yang berdampak pada pertumbuhan investasi. Pingkan mengatakan, dinamika sosial-politik dalam negeri dalam beberapa minggu belakangan ini kian dinamis.

Hal tersebut bisa dilihat dengan masih adanya gelombang demonstrasi menuntut parlemen meninjau kembali beberapa RUU yang dinilai mengandung pasal-pasal kontroversial dan merugikan masyarakat.

"Sayangnya beberapa di antara demonstrasi tersebut berujung ricuh dan mendorong sentimen negatif dalam pasar sehingga membuat investor mengambil langkah wait and see," ucap Pingkan.

Baca juga: Gubernur BI: Indonesia Masih Jauh dari Resesi!

Faktor berikutnya, kata dia, adalah faktor eksternal yang mencakup kondisi perekonomian dari negara-negara mitra dagang maupun para penanam modal asing.

Dia pun mengacu pada kondisi ekonomi Singapura yang mengalami perlambatan cukup signifikan pada dua kuartal terakhir. Angka pertumbuhan Singapura berkisar pada level 0 sampai 0,1 persen tahun ini.

Akibatnya, Indonesia terancam mendapatkan hambatan ekspor sebesar 7,8 persen jika bertumpu pada persentase ekspor Indonesia ke Singapura pada 2018 silam.

"Faktor eksternal juga akan mengancam iklim investasi di Indonesia. Pemerintah harus waspada karena resesi ekonomi dapat menyebar dengan cepat,” pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com