Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

RI Butuh Rp 1.065 Triliun untuk Pengendalian Perubahan Iklim

Kompas.com - 09/10/2019, 15:07 WIB
Yoga Sukmana,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Indonesia punya tantangan besar dalam upaya pengendalian perubahan iklim. Dana sebesar Rp 1.065 triliun dibutuhkan hingga 2020.

Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya mengakui bahwa pemerintah terbentur dengan anggaran negara yang terbatas.

"Dibutuhkan upaya kolaboratif dalam memobilisasi (dana Rp 1.065 triliun)," ujarnya di acara peluncuran Badan Pengelola Dana Lingkungan Hidup, Jakarta, Rabu (9/10/2019).

Siti mengatakan, pemerintah sudah menyampaikan kebutuhan itu dalam dokumen Third National Communication 2017 yang disampaikan Sekretariat United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC).

Dana itu mencakup kebutuhan dari 2016-2020. Rinciannya terdiri dari Rp 840 triliun untuk aksi adaptasi dan Rp 225 triliun untuk aksi mitigasi.

Baca juga: Sri Mulyani Ramal Nasib Milenial Kelola Bumi yang Padat...

Untuk memenuhi kebutuhan itu, pemerintah membantuk Badan Pengelola Dana Lingkungan Hidup (BPDLH). Tugas utamanya yakni mengelola dan menyalurkan dana lingkungan hidup.

Dengan adanya BPDLH, diharapkan dana yang terkumpul dari dalam dan luar negeri akan dikelola secara profesional sehingga nilainya bisa meningkat.

"Upaya-upaya pengelolaan lingkungan hidup diharapkan akan lebih  berkembang. Termasuk di dalamnya investasi  bidang kehutanan yang selama ini tidak mudah mendapatkan dukungan akses finansial," kata Siti.

Adapun Indonesia manargetkan penurunan emisi karbon sebesar 29 persen dengan upaya sendiri dan 41 persen dengan bantuan dari luar negeri.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

Whats New
Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Whats New
Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Whats New
Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Whats New
Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Whats New
Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Whats New
Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Whats New
Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

BrandzView
Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Whats New
Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Whats New
Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Whats New
Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Spend Smart
Kadin Proyeksi Perputaran Uang Saat Ramadhan-Lebaran 2024 Mencapai Rp 157,3 Triliun

Kadin Proyeksi Perputaran Uang Saat Ramadhan-Lebaran 2024 Mencapai Rp 157,3 Triliun

Whats New
Kebutuhan Dalam Negeri Jadi Prioritas Komersialisasi Migas

Kebutuhan Dalam Negeri Jadi Prioritas Komersialisasi Migas

Whats New
Ratusan Sapi Impor Asal Australia Mati Saat Menuju RI, Badan Karantina Duga gara-gara Penyakit Botulisme

Ratusan Sapi Impor Asal Australia Mati Saat Menuju RI, Badan Karantina Duga gara-gara Penyakit Botulisme

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com