Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

YLKI Minta Pemerintah Perbaiki Label Pemanis Buatan "Tidak Wajar"

Kompas.com - 11/10/2019, 13:09 WIB
Fika Nurul Ulya,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) meminta pemerintah dalam hal ini Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) memperbaiki label pemanis buatan pada makanan yang terlihat tidak wajar.

Pasalnya, YLKI menemukan 25 sampel makanan kerap ditemui konsumen menggunakan label yang tidak wajar. Label-label pemanis buatan pada makanan tersebut biasanya diperkecil, samar-samar, dan disembunyikan.

Hal tersebut tentu membuat konsumen kecolongan, utamanya konsumen yang memang rentan terhadap pemanis buatan.

"Kami meminta Kemenkes dan BPOM segera meninjau dan merevisi kembali label pemanis buatan," kata Ketua Harian YLKI Tulus Abadi di Jakarta, Jumat (11/10/2019).

Baca juga: Waspada Pangan Sugar Free, Ternyata Pakai Pemanis Buatan

Adapun perevisian itu bisa berupa memperjelas atau memperbesar tulisan, memberikan pewarnaan khusus, bahkan memberikan peringatan berupa gambar agar mudah dipahami konsumen.

Apalagi, peraturan soal label pemanis buatan itu telah tertera pada Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 33 Tahun 2012 Tentang Bahan Tambahan Pangan (BTP).

Tertera pula di dalam Keputusan Badan POM Nomor HK.00.05.5.1.4547 Tahun 2004 Tentang Persyaratan Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pemanis Buatan Dalam Produk Pangan.

"Untuk itu, pemerintah melalui BPOM RI dan Kemenkes harus bertanggung jawab menyampaikan informasi kepada konsumen dalam kategori rentan agar dapat memahami maksud dari peringatan kesehatan yang tercantum pada label," kata dia.

Selain itu, Tulus meminta kepada para pelaku usaha pangan agar memberikan informasi yang jelas pada label pangan.

Hal tersebut mencegah terjadinya asimetris informasi di mana terdapat info penting yang tersembunyi dibalik bombastisnya klaim produk.

"Misalnya minuman dengan klaim sugar free, ternyata diganti pakai pemanis buatan, tertulis dengan tulisan yang sangat kecil di belakang produk," ujar Tulus.

Baca juga: Pengusaha Banyak Gunakan Gula Impor, Ini Alasannya Menurut Asosiasi

Pihaknya pun telah berusaha meminta keterangan lebih lanjut kepada 13 dari 25 sampel bahan pangan yang menyembunyikan label pemanis buatan. Sayangnya, hanya 2 perusahaan yang menjawab.

"Tapi mereka yang 2 (perusahaan) itu tidak memberikan jawaban yang sesuai yang kami tanyakan, yang sesuai ekspektasi kami," ungkap Tulus.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ratusan Sapi Impor Asal Australia Mati Saat Menuju RI, Badan Karantina Duga gara-gara Penyakit Botulisme

Ratusan Sapi Impor Asal Australia Mati Saat Menuju RI, Badan Karantina Duga gara-gara Penyakit Botulisme

Whats New
Watsons Buka 3 Gerai di Medan dan Batam, Ada Diskon hingga 50 Persen

Watsons Buka 3 Gerai di Medan dan Batam, Ada Diskon hingga 50 Persen

Spend Smart
Utang Pemerintah Kian Bengkak, Per Februari Tembus Rp 8.319,22 Triliun

Utang Pemerintah Kian Bengkak, Per Februari Tembus Rp 8.319,22 Triliun

Whats New
Heran Jasa Tukar Uang Pinggir Jalan Mulai Menjamur, BI Malang: Kurang Paham Mereka Dapat Uang Dari Mana...

Heran Jasa Tukar Uang Pinggir Jalan Mulai Menjamur, BI Malang: Kurang Paham Mereka Dapat Uang Dari Mana...

Whats New
Dongkrak Performa, KAI Logistik Hadirkan Layanan 'Open Side Container'

Dongkrak Performa, KAI Logistik Hadirkan Layanan "Open Side Container"

Whats New
Sumbangan Sektor Manufaktur ke PDB 2023 Besar, Indonesia Disebut Tidak Alami Deindustrialisasi

Sumbangan Sektor Manufaktur ke PDB 2023 Besar, Indonesia Disebut Tidak Alami Deindustrialisasi

Whats New
Harga Bahan Pokok Jumat 29 Maret 2024, Harga Ikan Tongkol Naik

Harga Bahan Pokok Jumat 29 Maret 2024, Harga Ikan Tongkol Naik

Whats New
Modal Asing Kembali Cabut dari RI, Pekan Ini Nilainya Rp 1,36 Triliun

Modal Asing Kembali Cabut dari RI, Pekan Ini Nilainya Rp 1,36 Triliun

Whats New
Kerap Kecelakaan di Perlintasan Sebidang, 5 Lokomotif KA Ringsek Sepanjang 2023

Kerap Kecelakaan di Perlintasan Sebidang, 5 Lokomotif KA Ringsek Sepanjang 2023

Whats New
Kemenag Pastikan Guru PAI Dapat THR, Ini Infonya

Kemenag Pastikan Guru PAI Dapat THR, Ini Infonya

Whats New
Harga Emas Antam Meroket Rp 27.000 Per Gram Jelang Libur Paskah

Harga Emas Antam Meroket Rp 27.000 Per Gram Jelang Libur Paskah

Whats New
Kapan Seleksi CPNS 2024 Dibuka?

Kapan Seleksi CPNS 2024 Dibuka?

Whats New
Info Pangan 29 Maret 2024, Harga Beras dan Daging Ayam Turun

Info Pangan 29 Maret 2024, Harga Beras dan Daging Ayam Turun

Whats New
Antisipasi Mudik Lebaran 2024, Kemenhub Minta KA Feeder Whoosh Ditambah

Antisipasi Mudik Lebaran 2024, Kemenhub Minta KA Feeder Whoosh Ditambah

Whats New
Jokowi Tegaskan Freeport Sudah Milik RI, Bukan Amerika Serikat

Jokowi Tegaskan Freeport Sudah Milik RI, Bukan Amerika Serikat

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com