Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perang Dagang Bikin Rupiah Melemah Lagi

Kompas.com - 15/10/2019, 19:57 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Editor

Sumber

JAKARTA, KOMPAS.com - Dollar AS menguat, sementara kurs rupiah kembali melemah tipis.

Perundingan perang dagang antara China dan Amerika Serikat (AS) pekan lalu, kembali membuat pelaku pasar ragu. Penyebabnya adalah pernyataan China yang mengklaim pihaknya masih mempelajari dan belum mentandatangani perjanjian itu.

Hal ini kemudian berdampak pada mata uang garuda.

Rupiah di pasar spot ditutup di level Rp 14.166 per dollar AS, melemah 0,18 persen dari sehari sebelumnya yang ada di Rp 14.140 per dollar AS.

Sementara itu, berdasarkan data Bank Indonesia (BI), kurs tengah rupiah melemah tipis 0,10 persen ke level Rp 14.140 per dollar AS pada perdagangan Selasa (15/10/2019).

Baca juga: Menguat, Berikut Kurs Rupiah Hari Ini di 6 Bank

Ekonom Bank BCA David Sumual mengungkapkan, pernyataan China bahwa mereka masih mempelajari perjanjian dengan AS membuat pelaku pasar kembali ragu pada kesepakatan kemarin. Terlebih lagi, China masih akan mungkin merevisi beberapa poin yang belum mereka setujui.

"Walaupun Trump menyatakan AS dan China sudah sepakat secara parsial dan belum semuanya, tapi pasar kembali ragu karena China mengatakan masih mempelajari," ujar David kepada Kontan.co.id, Selasa (15/10/2019).

Di sisi lain, David mengatakan ketidakpastian China yang mengklaim masih mempelajari ini semakin membuat pasar berhati-hati susulan pernyataan Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin yang menyampaikan pada 15 Desember mendatang AS berpotensi mengenakan tarif impor baru tersebut. Dengan kondisi jika kedua negara tidak mencapai kesepakatan perang dagang.

Direktur PT Garuda Berjangka Ibrahim juga menilai meskipun pasar pada awalnya menyambut kesepakatan perdagangan tahap awal antara Amerika Serikat dan China, kurangnya rincian hasil kesepakatan keduanya membuat banyak investor berhati-hati.

Baca juga: Rupiah Berpeluang Menguat Esok Hari, Ini Penyebabnya

Ibrahim juga menilai China ingin lebih banyak pembicaraan segera setelah akhir Oktober untuk menuntaskan rincian kesepakatan tahap awal ini sebelum Presiden China Xi Jinping setuju untuk menandatanganinya. Tindakan China itu yang membuat pasar masih mewaspadai negosiasi perang dagang antara kedua negara tersebut.

Sentimen eksternal lain yang menyebabkan dolar masih menguat ialah tentang perizinan yang didapatkan AS dari WTO.

Tepatnya, World Trade Organization (WTO) resmi mengizinkan AS mengenakan tarif impor hingga 7,5 miliar dollar AS terhadap barang-barang Uni Eropa, setelah keputusan arbiter kasus subsidi untuk Airbus.

Ibrahim menilai sentimen tersebut turut berperan pada penguatan dollar AS.

Di dalam negeri, sentimen yang membuat rupiah kembali melemah, yaitu pengumuman Badan Pusat Statistik yang menyampaikan bulan September 2019 neraca dagang Indonesia mengalami defisit sebesar 160,5 juta dollar AS. Sedangkan, sepanjang tahun berjalan terjadi defisit 1,95 miliar dollar AS.

Ibrahim mengungkapkan meski neraca perdagangan Indonesia defisit, BI terus melakukan intervensi melalui transaksi di pasar valas dan obligasi dalam perdagangan DNDF.

Halaman:
Sumber
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com