Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dampak Perang Dagang, Pertumbuhan Ekspor 62 Negara Besar Dunia Negatif

Kompas.com - 16/10/2019, 18:11 WIB
Fika Nurul Ulya,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Dana Moneter Internasional (IMF) kembali menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global. Dalam laporan terbarunya, ekonomi dunia tahun ini hanya sebesar 3 persen, lebih rendah dari proyeksi Juli lalu sebesar 3,2 persen.

Angka itu merupakan yang terendah sejak krisis keuangan global pada 2008.

Untuk Indonesia sendiri, pertumbuhan ekonomi juga diprediksi mengerucut menjadi 5 persen tahun 2019, dari prediksi awal sebesar 5,2 persen.

Baca juga: Sri Mulyani: ASEAN Akan Jadi Ekonomi Keempat Terbesar di Dunia

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kemenko Perekonomian Iskandar Simorangkir mengatakan, penurunan proyeksi itu menandakan Indonesia juga terdampak masifnya perang dagang AS-China.

"62 dari 95 negara besar dunia, salah satunya Indonesia ekspornya sudah negatif pertumbuhannya. Menandakan perang dagang itu sudah masif, memang riil mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di seluruh dunia," kata Iskandar Simorangkir di Jakarta, Rabu (16/10/2019).

Kendati menurun, Iskandar yakin pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih baik ketimbang negara lainnya, seperti Singapura dan India.

"Contoh di Singapura itu triwulan I sudah -0,1 persen. Triwulan II syukur naik lagi 0,1 persen. India yang tadinya 9 persen turun jadi 8 persen, turun lagi menyamai kita di kisaran 5 persen. Sedangkan kita penurunannya enggak signifikan," papar dia.

Baca juga: Perang Dagang Bikin Rupiah Melemah Lagi

Iskandar juga yakin, pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga akhir tahun tidak akan di bawah 5 persen selama menjaga konsumsi domestik.

"Saya termasuk yang yakin dengan domestic supply chain (pertumbuhan) masih terjaga. Dengan bisanya kita mempertahankan konsumsi domestik, saya yakin pertumbuhan kita di angka 5 persen, enggak seperti negara lain," kata dia.

"Ya apes-apesnya di angka 5 persen, masih bisa 5,1 persen optimis, ya. Pesimisnya ya 5,0 persen," tambah Iskandar.

Baca juga: Rhenald Kasali: CEO Harus Bisa Bedakan Resesi dan Disrupsi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com