Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Antisipasi Risiko, BRI Naikkan Pencadangan

Kompas.com - 24/10/2019, 13:19 WIB
Mutia Fauzia,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pertumbuhan laba PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk pada kuartal III-2019 tercatat melambat jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Pada kuartal III tahun ini, BRI mencatatkan pertumbuhan laba sebesar 5,36 persen atau setara dengan Rp 24,8 triliun. Persentase pertumbuhan laba tersebut lebih rendah jika dibandingkan tahun lalu yang mencapai Rp 14,6 persen.

Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan, terjadi peningkatan rasio kredit macet yang menyebabkan penurunan kualitas aktiva produktif. Sehingga, pihak bank perlu untuk meningkatkan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) untuk mengantisipasi risiko gagal bayar.

"Ada tambahan biaya cadangan di situ. Kita berani mencadangkan untum meng-cover risiko. Kalau restrukturisasi berhasil dan risiko tidak terjadi, cadangan 100 persen bisa memperkuat laba kita di waktu-waktu mendatang," ujar Sunarso ketika memberi keterangan mengenai paparan kinerja BRI kuartal III-2019 di Jakarta, Kamis (24/10/2019).

Sunarso memaparkan BRI mencatatkan peningkatan rasio kredit macet secara konsolidasian sebesar 3,08 persen, sementara tahun lalu hanya sebesar 2,5 persen.

Menurut dia, nasabah-nasabah dengan NPL tertinggi berada di segmen korporasi, juga di beberapan sektor industri seperti semen dan tekstil.

Dengan meningkatnya risiko NPL di kedua industri tersebut, pihak bank memutuskan untuk meningkatkan cadangan di kisaran 60 hingga 100 persen.

Beberapa kredit macet yang disoroti, seperti kasus Krakatau Steel, Sunarso menjelaskan seluruh kreditur sudah sepakat untuk melakukan restrukturisasi. BRI pun memutuskan untuk menetapkan dana cadangan sebesar 60 persen dari keseluruhan kredit Krakatau Steel.

"Nasabah-nasabah dengan NPL tertinggi di segmen korporasi dan kemudian beberapa sektor industri yang kira-kira kita nilai menghadapi masalah di industrinya kita tetapkan NPL, ada industri semen dan tekstil," jelas Sunarso.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com