Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sekarang Saat Tepat Perusahaan Properti IPO, Ini Sebabnya

Kompas.com - 20/11/2019, 16:30 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Editor

Sumber

JAKARTA, KOMPAS.com - Tren industri co-living memiliki prospek bisnis yang cukup menjanjikan, khususnya residensial dengan harga di bawah Rp 800 juta dan memiliki pendapatan berulang atau tetap seperti pendapatan pasif atau passive income setiap bulannya.

Edwin Sebayang, analis MNC Sekuritas mengungkapkan tren tersebut bagus karena backlog atau defisit ketersediaan akan tempat tinggal/rumah mencapai 300.000-400.000 unit per tahun.

Sehingga, menurutnya kebutuhan masyarakat akan hunian seperti hotel maupun properti berkonsep co-living masih sangat besar.

“Perusahaan properti yang memiliki prospek bagus antara lain properti di sektor industri, berkaitan dengan emiten properti yang mendapatkan pendapatan berulang seperti hotel, mal dan konsep co-living karena lebih stabil dibanding yang hanya khusus jual putus,” terangnya dalam siaran pers, Rabu (20/11/2019).

Baca juga: Tahun Depan, Harga Properti Diprediksi Naik hingga 9 Persen

Edwin menambahkan apabila dilihat secara rata-rata year to date kinerja emiten properti terbilang masih lumayan bagus. Namun, hal itu juga harus didasari oleh kinerja fundamental perusahaan tersebut.

Apabila ada perusahaan properti berencana melakukan IPO, saat ini dinilai sebagai waktu yang tepat. Selain tren suku bunga pinjaman terus menurun, loan to value (LTV) diperlonggar dan asing makin mudah memiliki aset properti di Indonesia.

“Sektor properti ke depannya diperkirakan akan bergairah. Kalau mau IPO saat ini, sangat tepat karena kondisi ekonomi sedang stabil,” bebernya.

Salah satu aspek keberhasilan dari perusahaan properti yang ingin IPO, lanjutnya, ditentukan bagaimana cara emiten tersebut mendapatkan pendapatan atau revenue saat kondisi properti sekarang sedang lesu.

Selain itu juga, investor melihat valuasi, besaran size IPO, portofolio proyek properti yang berada di pusat keramaian hingga harga yang dimainkan oleh pelaku industri dalam memasarkan produknya.

Baca juga: Mau Bisnis Properti tapi Modal Minim? Ikuti Cara ini

“Untuk hunian co-living kalau berada di daerah industri, wilayah perdagangan, dekat sekolah atau universitas itu sangat bagus. Jadi memang beberapa emiten fokus bangun properti di industri, perdagangan dan bisnis dan untuk sekolah apalagi kalau dia juga dekat dengan sarana transportasi kereta api atau Transit Oriented Development (TOD) karena strategis untuk mobilitas,” katanya.

Salah satu konsep hunian dengan fasilitas komprehensif, harga terjangkau, dan lokasi strategis, seperti co-living yang banyak diminati masyarakat urban mulai banyak pengembang atau pengelola yang melirik.

Salah satunya, pemain bisnis co-living yang sudah lama berkecimpung yakni PT Hoppor International atau lebih dikenal Kamar Keluarga.

CEO Kamar Keluarga Charles Kwok menjelaskan ada lima pilar bisnis yang dikembangkan oleh Kamar Keluarga (KK). Pertama, pilar KK BOT (build operate transfer), dimana pihaknya membantu pemilik tanah membangun properti dan nantinya menggunakan sistem bagi hasil.

Pilar kedua yaitu KK Aset yang dapat membantu para mitra untuk mencari, membangun dan mengelola properti hingga menghasilkan Return of Investment (RoI) memuaskan, serta mendukung pertumbuhan ekonomi melalui sektor properti di Indonesia.

Baca juga: Kabinet Baru, Ini Harapan Pelaku Industri Properti

Lalu yang ketiga, KK Operator dengan mengelola secara penuh seluruh lahan yang dijadikan kos maupun bisnis lainnya.

Halaman:
Sumber
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com