Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Waktu Kerja Dipangkas Jadi 4 Hari dalam Seminggu, Efektifkah?

Kompas.com - 26/11/2019, 11:13 WIB
Elsa Catriana,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

NEW YORK, KOMPAS.com – Mana yang lebih efektif, memangkas hari kerja karyawan atau mengurangi waktu kerja dalam sehari?

Microsoft dan Shake Shack baru-baru ini bereksperimen dengan sistem kerja empat hari sebagai upaya untuk membantu para karyawan mencapai keseimbangan kehidupan bekerja mereka yang lebih baik.

Ketika masa aktif bekerja dalam seminggu dipotong sehari dapat memotivasi para karyawan untuk menyelesaikan lebih banyak pekerjaan dalam waktu yang lebih pendek.

Namun, hal itu menurut Laura Vanderkem, penulis buku soal Produktivitas dan Keseimbangan Hidup Kerja, bisa menjadi bumerang. Di satu sisi pemangkasan hari kerja itu meningkatkan motivasi pekerja untuk menyelesaikan lebih banyak pekerjaan dalam waktu yang lebih pendek.

Baca juga: Begini Cara Mudah Kerja Sama dengan Teman Kerja Sekantor

Di sisi lain, jam kerja yang lebih singkat bisa membuat peluang karyawan untuk membangun hubungan dan jaringan semakin berkurang. Hal ini dianggapnya bisa mempengaruhi masa depan karier sang karyawan.

"Orang akan dengan cepat menyelesaikan pekerjaannya agar segera beres. Tetapi masa depan karier mereka justru semakin pendek," ujar ucap dia seperti dikutip dari  Business Insider, Selasa (26/11/2019).

Misalnya, seseorang yang bekerja hanya empat hari per minggu dapat memutuskan untuk tidak makan siang dengan seorang kolega atau klien. Hal ini bisa menyebabkan dirinya kehilangan proyek penting di masa depan karena dia merasa tidak memiliki waktu untuk mengerjakannya.

Menurut dia, tentu ada argumen bahwa kebijakan empat hari bekerja tersebut memangkas waktu yang tidak efisien.

"(Namun) Saya pikir ada juga titik di mana Anda tidak bisa lagi lebih efisien lagi tanpa harus kehilangan waktu yang penting meski tidak begitu mendesak," ucapnya.

Baca juga: Agar Tak Terus-terusan Menunda Pekerjaan, Lakukan 4 Hal ini

Bukan berarti pemangkasan jumlah hari kerja dalam seminggu tidak bermanfaat. Karena memang ada permintaan yang jelas agar jam kerja bisa lebih dikelola.

Dalam sebuah penelitian Gallup, dari 7.500 karyawan ditemukan bahwa 23 persen pekerja sering merasa stress dan 44 persen mengatakan kadang-kadang merasa stress di kantor.

Sementara berdasarkan data Kronos Incorporated dan Future Workplace, hampir setengah dari 614 pemimpin SDM yang disurvei menyebutkan bahwa kelelahan menjadi alasan banyaknya karyawan yang pindah setiap tahun.

Tetapi menurut Vanderkem, dengan mengurangi hari produktivitas kerja selama empat hari tidak efisien, lebih baik waktu jam kerja yang diatur secara fleksibel.

Misalnya, bila karyawan ada keperluan yang tidak berkaitan dengan pekerjaan, misalnya harus ke dokter atau menjaga anak, maka dia bisa meminta untuk bekerja lebih lama saat Senin hingga Kamis. Sedangkan saat Jumat, jam kerjanya lebih pendek.

Mengenai jam kerja yang ideal dalam seminggu, dia mengaku tidak bisa memastikannya. ""Ini akan menjadi masalah optimasi. Yang pasti bukan 80 jam atau pun 20 jam," ujarnya.

Baca juga: Kegagalan di Awal Karier Bisa Membawa Kesuksesan di Masa Depan, Benarkah?

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com