Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Buang Air Besar Sembarangan Bikin Air Sungai Indonesia Tercemar

Kompas.com - 02/12/2019, 19:31 WIB
Ade Miranti Karunia,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Presiden Ma'ruf Amin mengatakan, menurunnya kuantitas dan kualitas sumber air baku perlu ditangani secara serius. Khususnya bagi masyarakat yang masih suka buang air besar sembarangan (BABS).

Berdasarkan status mutu air sungai di Indonesia yang tersebar di tiap-tiap provinsi, 58 persen kondisi air sungai di Indonesia masuk dalam kategori tercemar sedang dan berat. Begitu pula dengan akses terhadap sanitasi.

"Memang akses terhadap sarana sanitasi telah mencapai 75 persen. Namun, permasalahan sanitasi tidaklah semata akses terhadap sarana sanitasi, tetapi lebih jauh lagi bagaimana kita mengelola limbah manusia di kawasan pemukiman," kata Ma'ruf di Jakarta, Senin (2/12/2019).

Baca juga: Sodetan Sungai Jadi Alternatif Petani di Indramayu Hadapi Musim Kemarau

Dalam konteks manajemen pengelolaan limbah (waste management), dalam hal ini limbah manusia, sarana sanitasi awal seperti septic-tank hanya berfungsi sebagai tempat penampungan sementara tidak mencemari lingkungan.

Tetapi keberhasilan manajemen sanitasi sangat tergantung pada kemampuan pengelolaan limbah manusia berikutnya.

Sayangnya dalam hal ini, Indonesia belum memiliki sistem pengelolaan limbah manusia yang terintegrasi dan diterapkan di berbagai wilayah.

"Itu sedang dirumuskan di Bappenas untuk dibuat perencanaannya, bukan saja sanitasi bahkan pengelolaan limbah sesudahnya itu harus kita pikirkan. Sebab itu juga masalah yang dituntut dalam rangka sebagai anggota negara G20," ujarnya.

Baca juga: Pulihkan Ikan Endemik, KKP Tebar 260.000 Benih Ikan di Sungai Musi

Pemerintah sudah berupaya untuk menanggulangi hal tersebut dengan menerbitkan Peraturan Menteri LHK Nomor 68 Tahun 2016 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik, dan Peraturan Menteri PUPR nomor 4 tahun 2017 tentang Penyelenggaraan Sistem Pengelolaan Limbah Air Domestik.

Tetapi dari berbagai studi menunjukkan bahwa masyarakat belum memenuhi standar yang ditetapkan tersebut.

Hal ini tidak hanya terjadi di masyarakat yang tinggal di daerah terpencil yang masih banyak melakukan buang air besar di tempat terbuka, tetapi juga di beberapa kota besar, persoalan standar pengelolaan limbah manusia belum dilakukan secara optimal.

"Oleh karena itu, melalui kesempatan ini saya mendorong agar kita melakukan perbaikan manajemen pengelolaan limbah manusia secara lebih baik," ucapnya.

Baca juga: Perindah Wajah di Tepian Sungai

Perbaikan pengelolaan ini dapat dilakukan melalui beberapa hal, antara lain sebagai berikut.

  • Penyiapan sistem manajemen pengelolaan limbah manusia yang lebih terintegrasi dengan pengelolaan limbah lainnya
  • Edukasi dan sosialisasi yang lebih intensif kepada masyarakat tentang pengelolaan limbah manusia;
  • Pemanfaatan teknologi pengelolaan limbah manusia secara lebih baik;
  • Penguatan regulasi terkait pengelolaan limbah manusia, jika diperlukan; serta
  • Menyiapkan rencana aksi yang jelas dan terukur dalam perbaikan pengelolaan limbah manusia tersebut.


"Terkait dengan berbagai hal yang saya sebutkan di atas, saya sangat mengharapkan agar konferensi ini dapat merumuskan jalan keluar yang konkrit, lengkap dengan rencana aksi serta target yang jelas untuk menuntaskan persoalan sanitasi dan air minum yang aman sesuai dengan tema yang diusung," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com