Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bakar Uang Generasi Milenial dengan "Baby Boomers," Apa Bedanya?

Kompas.com - 04/12/2019, 13:13 WIB
Ade Miranti Karunia,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

 

JAKARTA, KOMPAS.com - Pakar bisnis Rhenald Kasali mengatakan, banyak pengusaha terllibat dalam perang "bakar uang" tanpa memahami bahwa generasi lawan yang dihadapi berbeda.

Pasalnya, strategi generasi milenial dan baby boomers sangat bertolak belakang.

Masing-masing mempunyai struktur, proses bisnis dan manajemen yang berbeda. Pada akhirnya, kelincahan gerak dan struktur biayanya membedakan mereka di pasar.

“Basis manajemen pemain-pemain lama itu adalah heavy assets, sangat tangible, controlling, supply-side, skala ekonomis, dan sangat mengandalkan branding. Ini berbeda dengan basis manajemen startup yang light assets, intangibles, orkestrasi ekosistem, data, dan mengandalkan review dan rating," jelasnya dalam pesan tertulis, di Jakarta, Rabu (4/12/2019).

Baca juga: Rhenald Kasali: Sistem Bakar Uang Startup Sesuatu yang Sangat Wajar

Keluhan pendiri Lippo Group terkait strategi bakar uang yang harus dihentikan grup ini dengan menjual sebagian besar sahamnya di OVO, menurut Rhenald adalah sebuah fenomena baru.

“Saya menyebutnya sebagai pertarungan antara old power versus new power. Bakar uang itu adalah tradisi new power yang sudah dilakukan sejak awal revolusi industri oleh setiap pendatang baru atau pendobrak pasar," katanya.

"Namun hari ini, mereka datang dengan strategi long tail. Ekornya yang terlihat dulu tapi panjang sekali, sedangkan sosok hewannya baru kelihatan 10 sampai 20 tahun ke depan. Sedangkan old power maunya selalu melihat hewannya dulu, baru ekor pendeknya di belakang.” lanjutnya.

Baca juga: Orang Berduit Bakar Uang, Apa Salahnya?

Masalahnya pembakar uang di era start up itu tidak bersumber dari utang bank. Jadi kelak di dunia startup akan tampak perbedaan antara EBITDA dengan EAT (pendapatan bersih) yang tidak selisih jauh.

“Depresiasi dan interest charges-nya mendekati zero,” ujarnya.

Sebaliknya bagi old power, terkondisi dengan heavy assets dan utang bank berakibat laporan keuangan sangat cepat terbebani depresiasi dan biaya bunga.

"Ini saja sudah membuat old power nervous dengan strategi bakar uang.” katanya.

Pemain baru memilih jalan mobilisasi serta orkestrasi ketimbang marketing dan manajemen. Karena itulah ia mengingatkan, sebagian proses bakar uang sudah memasuki tahap stabil dan tak perlu perang-perangan.

Itu tampak dalam bisnis transportasi. Namun pertempuran besar masih bakal terjadi di sektor retail dan e-commerce, dan yang berpotensi ricuh ada di sektor keuangan, kesehatan dan pendidikan.

Baca juga: Mochtar Riyadi: Kami Terus Bakar Uang di OVO, Mana Kuat...

Maka dari itu, supaya berhasil dalam memasuki era baru, Rhenald menyarankan agar pengusaha paham betul karakter manajemen dunia baru.

"Ubah mindset dan lakukan transformasi mendasar. Jangan ikut-ikutan melakukan digitalisasi atau melakukan akuisisi startup sembarangan kalau struktur DNA-nya masih oldpower," sarannya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com