Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

IMF: Utang Swasta yang Berisiko Tinggi Bisa Sebabkan Ekonomi Global Makin Melemah

Kompas.com - 18/12/2019, 07:26 WIB
Kiki Safitri,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Kecenderungan peningkatan utang perusahaan untuk investasi dengan resiko tinggi dapat membuat ekonomi global semakin rentan dalam mengalami pelemahan.

Melansir CNBC, Rabu (18/12/2019), rasio utang perusahaan di negara maju terus meningkat sejak 2010, dan saat ini berada pada level puncak yang sama dengan tahun 2008.

Meskipun beberapa negara besar seperti Spanyol dan Inggris secara signifikan mengurangi tingkat utang. IMF melihat utang perusahaan di AS tumbuh secara konsisten sejak 2011 mencapai rekor tertinggi pada akhir 2018.

Dalam riset yang diterbitkan, IMF menyoroti penggunaan utang swasta untuk mendanai pembayaran seperti dividen, pembelian kembali saham, merger dan akuisisi dapat memperkuat guncangan.

Baca juga: Ekonom: Utang Luar Negeri Indonesia Masih Aman

 

Hal ini tentu saja, apabila perusahaan gagal bayar atau berupaya mengurangi utang secara tajam dengan memotong investasi dan tenaga kerja.

“Tidak seperti sebelum krisis keuangan global, risiko tidak hanya terkonsentrasi di sektor swasta tetapi juga di sektor publik, sebagian mencerminkan warisan yang belum terselesaikan dari krisis keuangan global,” seperti yang disebut dalam laporan Deputi Kepala Departemen Urusan Fiskal IMF Marialuz Moreno Badia dan Ekonom Senior Paolo Dudine.

Beban Sektor Publik

Disebutkan juga pengurangan utang di sektor swasta, akan menjadi beban bagi sektor publik yang sudah terlilit hutang. Namun, ini hanya berlaku jika penurunan output mengarah pada pendapatan yang lebih rendah atau default perusahaan memicu kerugian dan memaksa perusahaan membatasi pinjaman.

Peringatan IMF itu, mencerminkan komentar baru-baru ini dari Wakil Presiden Bank Sentral Eropa (ECB) Luis de Guindos, yang memperingatkan bahwa dana investasi, perusahaan asuransi dan lembaga-lembaga besar lainnya berpotensi membuat mereka terpapar guncangan ekonomi yang bisa menyebar melalui sistem keuangan.

Basis Data Utang Global IMF pada sektor publik dan swasta akhir tahun 2018, secara global bernilai 188 triliun dollar AS, dengan rata-rata rasio utang terhadap PDB global naik hingga 226 persen.

Sementara data per negara menunjukkan beberapa negara dengan ekonomi maju tidak siap menghadapi pelemahan ekonomi selanjutnya.

Beberap negara juga berusaha mengurangi sebagian utang yang terakumulasi setelah krisis keuangan global. Namun rasio utang publik masih lebih tinggi daripada sebelum tahun 2008, yakni hampir 90 persen di negara ekonomi maju.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pertanyaan Umum tapi Menjebak dalam Wawancara Kerja, Apa Itu dan Bagaimana Cara Jawabnya?

Pertanyaan Umum tapi Menjebak dalam Wawancara Kerja, Apa Itu dan Bagaimana Cara Jawabnya?

Work Smart
Menko Airlangga soal Kondisi Geopolitik Global: Belum Ada Apa-apa, Kita Tenang Saja...

Menko Airlangga soal Kondisi Geopolitik Global: Belum Ada Apa-apa, Kita Tenang Saja...

Whats New
Pasar Perdana adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Pasar Perdana adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Work Smart
Apa Dampak Konflik Iran-Israel ke Industri Penerbangan Indonesia?

Apa Dampak Konflik Iran-Israel ke Industri Penerbangan Indonesia?

Whats New
HUT Ke-35 BRI Insurance, Berharap Jadi Manfaat bagi Masyarakat

HUT Ke-35 BRI Insurance, Berharap Jadi Manfaat bagi Masyarakat

Rilis
Menperin Siapkan Insentif untuk Amankan Industri dari Dampak Konflik Timur Tengah

Menperin Siapkan Insentif untuk Amankan Industri dari Dampak Konflik Timur Tengah

Whats New
Respons Bapanas soal Program Bantuan Pangan Disebut di Sidang Sengketa Pilpres

Respons Bapanas soal Program Bantuan Pangan Disebut di Sidang Sengketa Pilpres

Whats New
Freeport Indonesia Catat Laba Bersih Rp 48,79 Triliun pada 2023, Setor Rp 3,35 Triliun ke Pemda Papua Tengah

Freeport Indonesia Catat Laba Bersih Rp 48,79 Triliun pada 2023, Setor Rp 3,35 Triliun ke Pemda Papua Tengah

Whats New
KPLP Kemenhub Atasi Insiden Kebakaran Kapal di Perairan Tanjung Berakit

KPLP Kemenhub Atasi Insiden Kebakaran Kapal di Perairan Tanjung Berakit

Whats New
Wamenkeu Sebut Suku Bunga The Fed Belum Akan Turun dalam Waktu Dekat

Wamenkeu Sebut Suku Bunga The Fed Belum Akan Turun dalam Waktu Dekat

Whats New
PNS yang Dipindah ke IKN Bisa Tempati Apartemen Mulai September

PNS yang Dipindah ke IKN Bisa Tempati Apartemen Mulai September

Whats New
RMKE: Ekspor Batu Bara Diuntungkan dari Pelemahan Rupiah

RMKE: Ekspor Batu Bara Diuntungkan dari Pelemahan Rupiah

Whats New
Antisipasi Darurat Pangan di Papua Selatan, Kementan Gencarkan Optimasi Lahan Rawa di Merauke

Antisipasi Darurat Pangan di Papua Selatan, Kementan Gencarkan Optimasi Lahan Rawa di Merauke

Whats New
Erick Thohir Minta Pertamina hingga MIND ID Borong Dollar AS, Kenapa?

Erick Thohir Minta Pertamina hingga MIND ID Borong Dollar AS, Kenapa?

Whats New
Nasabah Kaya Perbankan Belum 'Tersengat' Efek Pelemahan Nilai Tukar Rupiah

Nasabah Kaya Perbankan Belum "Tersengat" Efek Pelemahan Nilai Tukar Rupiah

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com