Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Erick Thohir Bungkam soal Jiwasraya, Ini Alasannya

Kompas.com - 23/12/2019, 14:25 WIB
Ade Miranti Karunia,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir merasa pemberitaan mengenai bungkamnya dia atas persoalan Jiwasraya perlu diklarifikasi.

Bungkamnya dia justru sempat malah dituding telah menerima gratifikasi hingga miliaran rupiah. Hal inilah yang membuat dia mulai bersuara.

"Kita tidak mau masalah ini diputarbalikkan. Seperti kemarin, seperti kemarin, saya agak mau curhat nih, bukannya baper. Waktu di acara di BRI kemarin, saya bungkam mengenai Jiwasraya, kan saya bilang kasih kesempatan UKM jualan. Nanti Jiwasraya ada," ungkapnya ditemui usai peresmian B30, di Jakarta, Senin (23/12/2019).

Baca juga: Ini Langkah Erick Thohir Atasi Masalah Gagal Bayar Jiwasraya

Mantan pemilik klub sepak bola Inter Milan ini meminta kepada pihak media serta institusi lainnya agar tidak menuding bila tidak terbukti.

Sebab, bungkamnya dia tengah merencanakan serta mengusulkan kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk membentuk induk usaha asuransi (holding).

"Terus diputarbalikkan sama teman-teman, Erick Thohir terima Rp 100 miliar, Rp 200 miliar, duit dari mana nerimanya? Jangan dipolitisasi! Ini benar-benar bekerja secara objektif. Dan tidak ada niat manipulasi. Orang mau betulin kok," ujarnya.

Dia pun memohon agar para kabinet kerja Jokowi periode kedua ini diberikan kesempatan dalam membenahi "Pekerjaan Rumah/PR" pendahulunya, termasuk dirinya yang mulai melakukan restrukturisasi jabatan di lingkungan perusahaan BUMN dan kementeriannya.

"Tadi saya terus terang tidak mau juga diwawancara, karena akhirnya bias. Tolong kami dengan segala kerendahan hati diberikan kesempatan bekerja. Menteri-menteri ini lagi kompak-kompaknya," pintanya.

Baca juga: Erick Thohir Soal BUMN Merugi: Masa Mati Segan Hidup Tak Mau?

Persoalan di tubuh Jiwasraya ini, lanjut Erick, telah terjadi sejak 2006 silam. Pemerintahan saat ini termasuk Kementerian BUMN perlahan mulai membenahi Jiwasraya.

"Bahwa memang sejak tahun 2006 sampai sekarang pemerintah bekerja dalam hal-hal seperti ini. Bukan diotonomi oleh pemerintah dulu, pemerintah sekarang, itu enggak. Makanya dari Jiwasraya dari 2006 sampai hari ini pemerintah bekerja keras," ujarnya.

Erick menambahkan, mengenai adanya dugaan tindak pidana korupsi, itu masih dalam tahap proses penyelidikan yang dilakukan oleh Kementerian BUMN serta Kejaksaan Agung.

Oleh karena itu, proses pemulihan Jiwasraya tidak dapat dilakukan hanya dengan "menjetikkan" jari atau secara cepat.

"Apakah ada manipulasi keuangan dari 2011 sampai 2017, itu ada proses lain lagi. Jadi nggak bisa "wah seperti itu." Itu enggak bisa. Karena ini sudah berjalan cukup lama dari 2006," katanya.

Baca juga: Soal Jiwasraya, Ini Kata Erick Thohir

Namun, dirinya memastikan dengan dibentuknya holding asuransi pada 2020 mendatang, usai mendapat restu oleh presiden, maka perusahaan asuransi di Indonesia bakal "cerah" kembali.

"Saya yakinkan, kami akan memberikan solusi dengan bertahap tidak bisa full. Salah satunya dengan pembentukan holding asuransi supaya ini menjadi sehat. Investor itu step kedua," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Whats New
Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Whats New
Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Whats New
Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Spend Smart
Kadin Proyeksi Perputaran Uang Saat Ramadhan-Lebaran 2024 Mencapai Rp 157,3 Triliun

Kadin Proyeksi Perputaran Uang Saat Ramadhan-Lebaran 2024 Mencapai Rp 157,3 Triliun

Whats New
Kebutuhan Dalam Negeri Jadi Prioritas Komersialisasi Migas

Kebutuhan Dalam Negeri Jadi Prioritas Komersialisasi Migas

Whats New
Ratusan Sapi Impor Asal Australia Mati Saat Menuju RI, Badan Karantina Duga gara-gara Penyakit Botulisme

Ratusan Sapi Impor Asal Australia Mati Saat Menuju RI, Badan Karantina Duga gara-gara Penyakit Botulisme

Whats New
Watsons Buka 3 Gerai di Medan dan Batam, Ada Diskon hingga 50 Persen

Watsons Buka 3 Gerai di Medan dan Batam, Ada Diskon hingga 50 Persen

Spend Smart
Utang Pemerintah Kian Bengkak, Per Februari Tembus Rp 8.319,22 Triliun

Utang Pemerintah Kian Bengkak, Per Februari Tembus Rp 8.319,22 Triliun

Whats New
Heran Jasa Tukar Uang Pinggir Jalan Mulai Menjamur, BI Malang: Kurang Paham Mereka Dapat Uang Dari Mana...

Heran Jasa Tukar Uang Pinggir Jalan Mulai Menjamur, BI Malang: Kurang Paham Mereka Dapat Uang Dari Mana...

Whats New
Dongkrak Performa, KAI Logistik Hadirkan Layanan 'Open Side Container'

Dongkrak Performa, KAI Logistik Hadirkan Layanan "Open Side Container"

Whats New
Sumbangan Sektor Manufaktur ke PDB 2023 Besar, Indonesia Disebut Tidak Alami Deindustrialisasi

Sumbangan Sektor Manufaktur ke PDB 2023 Besar, Indonesia Disebut Tidak Alami Deindustrialisasi

Whats New
Harga Bahan Pokok Jumat 29 Maret 2024, Harga Ikan Tongkol Naik

Harga Bahan Pokok Jumat 29 Maret 2024, Harga Ikan Tongkol Naik

Whats New
Modal Asing Kembali Cabut dari RI, Pekan Ini Nilainya Rp 1,36 Triliun

Modal Asing Kembali Cabut dari RI, Pekan Ini Nilainya Rp 1,36 Triliun

Whats New
Kerap Kecelakaan di Perlintasan Sebidang, 5 Lokomotif KA Ringsek Sepanjang 2023

Kerap Kecelakaan di Perlintasan Sebidang, 5 Lokomotif KA Ringsek Sepanjang 2023

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com