Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saatnya Evaluasi Investasi di Akhir Tahun, Ini Alasannya

Kompas.com - 27/12/2019, 15:32 WIB
Kiki Safitri,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Tahun 2019 tinggal menyisakan hitungan hari. Bagi Anda yang memiliki investasi, sudah saatnya melakukan evaluasi. 

PT Manulife Aset Manajemen Indonesia merilis alasan atau faktor penting untuk evaluasi investasi pada akhir 2019.

Hal ini disampaikan Krizia Maulana selaku Investment Specialist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia melalui Market Update Edisi Desember 2019.

Hal pertama adalah terkait dengan perkembangangan kesepakatan dagang antara AS dan China yang akan mempengaruhi pasar.

Baca juga: Kantor Fintech Ilegal Digerebek Polisi, Ini Kata Satgas Waspada Investasi

"Dari pasar global, salah satu yang menjadi fokus utama pasar masih seputar perkembangan konflik dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China," ungkap Krizia melalui siaran media, Junat (27/12/2019).

Namun, konflik ini dapat diatasi dengan upaya pemerintah serta bank sentral menstimulus fiskal dan kebijakan moneter akomodatif untuk menopang pertumbuhan ekonomi.

Krizia menjelaskan, laporan terkini menunjukkan data pertumbuhan ekonomi dan sektor tenaga kerja AS masih tetap positif.

Baca juga: Jadi Pengelola Bandara Komodo, Changi Bakal Investasi Rp 1,2 Triliun

Sementara dari Eropa, Krizia menilai meski ekonomi masih berada dalam fase konsolidasi, namun mulai ada sinyal stabilisasi. Sektor manufaktur Euro Zone di bulan November meningkat ke level 46,9 dari bulan sebelumnya 45,9.

Krizia juga melihat sinyal stabilisasi pada sektor manufaktur di China. Per November, sektor ini bangkit ke level 50,2 yang merupakan level tertinggi sejak Maret 2019.

"Harapannya, terciptanya kesepakatan dagang dan masih ada ruang bagi bank sentral di kawasan Asia dan negara berkembang untuk menurunkan suku bunga, dapat mendorong sentimen investasi untuk pergerakan pasar finansial bagi di Asia maupun negara berkembang," ungkapnya.

Baca juga: Realisasi Investasi, Kepala BKPM: Utang Saya Masih Rp 500 Triliun Lebih...

Sementara di Indonesia, ia mengungkapkan pasar saham Indonesia (IHSG) mencatatkan penurunan sebesar 2,95 persen hingga akhir November 2019. Kinerja pasar saham Indonesia kalah dibandingkan negara kawasan Asia lainnya.

"Ini disebabkan oleh pertumbuhan earning yang relatif lemah ditahun ini," ungkapnya.

Dari pasar obligasi, Krizia menyebut pasar obligasi Indonesia (BINDO) mencatatkan kenaikan sebesar 13,60 persen sampai dengan akhir November 2019. Hal ini didorong oleh imbal hasil real yield yang cukup tinggi, dan juga kebijakan moneter akomodatif bank sentral global.

Baca juga: Rusak Iklim Investasi, Alasan Menkominfo Blokir Situs IndoXXI Cs

Sementara itu, Bank Indonesia juga di tahun ini sudah menurunkan suku bunga sebanyak empat kali. Rupiah bergerak relatif stabil, rata-rata perdagangan di tahun ini di kisaran Rp14.153 per dollar AS.

"Diharapkan, percepatan reformasi kebijakan, stabilitas politik dan perbaikan earning perusahaan dapat mendorong sentimen investasi untuk pasar keuangan Indonesia," tambahnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com