Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tegang di Natuna, Banjir Jakarta Lebih Menarik Diberitakan Media China

Kompas.com - 05/01/2020, 20:57 WIB
Muhammad Idris

Penulis

Sumber Antara

JAKARTA, KOMPAS.com - Di tengah isu sengketa di perairan Natuna, banjir yang melanda Jakarta tampaknya lebih menarik diberitakan media-media ternama di China.

Seperti dilansir dari Antara, sejumlah media-media besar di China lebih banyak memberitakan musibah banjir yang menerjang Jakarta. Sementara isu yang terkait Natuna relatif sepi dari pemberitaan.

Sementara berita kematian Komandan Pengawal Revolusi Iran, Qassem Soleimani di Baghdad, banyak menghiasai head line internasional media-media China.

"Korban tewas banjir besar di Jakarta Indonesia mencapai 53 orang, 170 ribu jiwa lainnya masih belum bisa pulang," tulis media Huanqiuwang seperti dilihat Antara di Beijing, Minggu (5/1/2020).

Media berbahasa Mandarin yang memiliki nama internasional Global Times itu juga memuat foto-foto sisa banjir seperti seorang pengendara motor yang melewati kubangan lumpur di Bekasi.

Saat memasukkan nama Natuna (termasuk dalam tulisan Hanzi) di mesin pencarian beberapa media resmi yang keluar justru berita-berita lama antara 2016 hingga 2018, itu pun topiknya bukan konflik perbatasan baru-baru ini.

Baca juga: Kata Pengamat Soal Natuna, Protes Saja Tidak Cukup

Pernyataan juru bicara Kementerian Luar Negeri China Geng Shuang yang menanggapi pernyataan Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi juga tidak menjadi bahasan utama media-media China.

Sebagai informasu, kawasan Natuna di Laut China Selatan tengah memanas. Indonesia secara tegas menolak klaim China atas perairan tersebut yang didasarkan atas historic rights dan nine dash line.

Sebenarnya, tak cuma Indonesia yang berselisih dengan China di Laut China Selatan. Beijing juga bersengketa dengan negara-negara tetangga Indonesia yakni Malaysia, Thailand, Brunei Darussalam, Filipina, dan Vietnam.

Buntut insiden masuknya kapal nelayan asing yang dikawal coast guard China, Indonesia meningkatkan intensitas patroli di Natuna dengan penambahan personil dan kapal perang atau KRI dari TNI AL.

Pemerintah Indonesia menegaskan tidak akan pernah mengakui nine dash line yang diklaim oleh China. Hal itu sudah ditegaskan Menteri Luar Negeri Retno Marsuadi.

"Indonesia tidak pernah akan mengakui nine-dash line, klaim sepihak yang dilakukan oleh Tiongkok. Karena tidak memiliki alasan hukum yang diakui oleh hukum internasional, terutama Unclos 1982," kata Retno beberapa waktu lalu.

Dalam pernyataannya, Retno pun menekankan bahwa adanya pelanggaran kapal-kapal China di wilayah ZEE Indonesia. Kemenlu juga memanggil Duta Besar China di Jakarta dan menyampaikan protes kerasnya.

Baca juga: Diapit Malaysia, Kenapa Natuna Malah Gabung Indonesia?

"Kemlu telah memanggil Dubes RRT di Jakarta dan menyampaikan protes keras terhadap kejadian tersebut. Nota diplomatik protes juga telah disampaikan," demikian pernyataan Kemenlu.

Kemenlu menyebutkan, Dubes China mencatat protes yang dilayangkan untuk segera diteruskan ke Beijing. Hal ini dinilai penting agar hubungan bilateral kedua negara tetap berjalan dengan baik dan saling memberikan keuntungan.

Wilayah ZEE ditetapkan oleh UNCLOS. Baik Indonesia maupun China merupakan bagian dari itu sehingga harus saling menghormati wilayah kedaulatan satu sama lain.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Antara
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com