Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sri Mulyani Bantah Anggapan Inflasi Rendah Karena Daya Beli Lesu

Kompas.com - 07/01/2020, 15:43 WIB
Mutia Fauzia,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan rendahnya inflasi pada tahun kalender 2019 (2,72 persen) tidak disebabkan oleh daya beli masyarakat yang menurun.

Mantan Direktur Bank Dunia tersebut menegaskan, tingkat inflasi yang terendah dalam 20 tahun terakhir tersebut murni disebabkan oleh harga-harga yang relatif terkendali sepanjang tahun 2019. Sementara konsumsi domestik terjaga di kisaran 5 persen.

"Inflasi sangat baik, inflasi terendah 20 tahun terakhir. Konsumsi masih tumbuh di atas 5 persen. Banyak yang bertanya inflasi rendah ini karena daya beli lesu, tapi dari sisi konsumsi ternyata tumbuh cukup tinggi, bertahan di atas 5 persen," ujarnya ketika memberi keterangan di Jakarta, Selasa (7/1/2020).

Baca juga: Inflasi Terendah Sejak 20 Tahun Perry Sebut Ada 4 Faktor, Apa Saja?

Lebih lanjut dia menjelaskan, komponen inflasi mulai dari inflasi inti, harga barang/jasa yang diatur pemerintah (administered prices), dan harga barang bergejolak (volatile prices) terjaga dengan baik.

Untuk inflasi inti, BPS beberapa waktu mengutarakan terjaga di ksiaran 3 persen, sementara komponen adminsitered prices di kisaran 0,51 persen dan volatile prices 4,3 persen.

Adapun Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara menjelaskan terjaganya daya beli masyarakat juga tercermin dalam penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) 21 dan PPh Orang Pribadi yang masing-masing mengalami pertumbuhan 10,2 persen (yoy) dan 19,4 persen (yoy).

"Kita tahu income kelas menengah naik dari pembayaran pajak di PPh 21 atau pun orang pribadi yang tumbuh dan rangkaian itu menunjukkan daya beli ada. Kalau daya beli ada, harga stabil, maka konsumsi diharapkan tetap tumbuh setidaknya di 5 persen," ujar Suahasil dalam kesempatan yang sama.

Adapun di sisi lain Sri Mulyani mengatakan, dari kelas menengah bawah pemerintah telah menjaga daya beli dengan berbagai program jaring pengaman sosial seperti penyaluran dana Program Keluarga Harapan (PKH), Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT), Kartu Indonesia Pintar (KIP), hingga pembebasan iuran untuk Penerima Bantuan Iuran (PBI) BPJS Kesehatan.

"Itu memberi perlindungan kelompok bawah, growth terjaga 5 persen, ada suatu ketahanan daya beli yang terlihat. Dan itu juga akibat policy pemerintah maupun kondisi perekonomian yang terjaga meski menghadapi tantangan," ujar dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Whats New
Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Whats New
Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Rilis
INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

Whats New
Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Whats New
OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

Rilis
Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Whats New
Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Work Smart
INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

Whats New
Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Whats New
Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal 'Jangkar' Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal "Jangkar" Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Whats New
Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

Whats New
Lebaran 2024, KAI Sebut 'Suite Class Compartment' dan 'Luxury'  Laris Manis

Lebaran 2024, KAI Sebut "Suite Class Compartment" dan "Luxury" Laris Manis

Whats New
Rupiah Melemah Sentuh Rp 16.200, Mendag: Cadangan Divisa RI Kuat, Tidak Perlu Khawatir

Rupiah Melemah Sentuh Rp 16.200, Mendag: Cadangan Divisa RI Kuat, Tidak Perlu Khawatir

Whats New
Rasio Utang Pemerintahan Prabowo Ditarget Naik hingga 40 Persen, Kemenkeu: Kita Enggak Ada Masalah...

Rasio Utang Pemerintahan Prabowo Ditarget Naik hingga 40 Persen, Kemenkeu: Kita Enggak Ada Masalah...

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com