Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jokowi Ingin Ibu Kota Baru Jadi Metropolitan Bak London dan New York

Kompas.com - 14/01/2020, 10:01 WIB
Muhammad Idris,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo (Jokowi) ingin menegaskan ibu kota bukan sekadar kota administratif pusat pemerintahan, melainkan pembangunannya dikonsep sebagai kota metropolitan sekaligus sebagai smart city.

Dikutip Kompas.com dari laman Setkab, Selasa (14/1/2020), Jokowi mengingatkan, Indonesia memiliki 1,4 juta pegawai pemerintah pusat di Jakarta. Dengan keluarga mereka, total populasi sekitar 6 hingga 7 juta orang yang bakal menghuni ibu kota baru di Kalimantan Timur. Populasinya juga akan terus meningkat pesat di masa depan. 

“Dengan 6 hingga 7 juta orang pindah ke ibu kota baru, populasi akan menjadi 3 kali populasi Paris, 10 kali populasi Washington DC, itu akan mulai mendekati 8 hingga 9 juta populasi seperti New York dan London,” ucap Jokowi.

Hal itu disampaikannya saat pidatonya pada forum Abu Dhabi Suistainabilitu Week (ADSW) 2020, di Abu Dhabi National Exhibition Centre (ADNEC), Abu Dhabi, Uni Emirat Arab (UEA), Senin (13/1/2020) kemarin.

Dalam mengembangkan ibu kota baru itu, mantan Gubernur DKI Jakarta ini mengaku akan belajar dari perintis perencana kota, termasuk tuan rumah Abu Dhabi Suistainabilitu Week, yaitu Kota Masdar di Abu Dhabi dan lainnya.

“Di ibu kota baru kami, kami mengundang dunia untuk menghadirkan teknologi terbaik dan inovasi terbaik serta kebijaksanaan terbaik,” ungkap Jokowi.

Baca juga: Kata Luhut, Miliaran Dollar AS Investasi UEA Juga untuk Ibu Kota Baru

Abu Dhabi Suistainabilitu Week adalah forum yang mempertemukan para pemangku kebijakan dari berbagai negara, para ahli berbagai bidang industri, para inovator teknologi, serta generasi baru pemimpin dunia.

Menurutnya, Jakarta mewakili kota yang dinamis dan bersejarah yang melambangkan pertumbuhan ekonomi dan infrastruktur Indonesia.

Jakarta telah menjadi salah satu kota yang memiliki kontribusi signifikan dalam perekonomian Indonesia.

Tetapi dalam membangun Indonesia sebuah negara yang terdiri dari lebih dari 17.000 pulau, Jokowi mengatakan, konsep pembangunan yang adil diperlukan agar pembangunan dapat adil bagi semua masyarakat Indonesia.

“Konsep pengembangan ini adalah apa yang kami sebut Indonesia-sentris. Itulah sebabnya kami melakukan salah satu inisiatif paling berani dalam sejarah negara kami, membangun ibu kota baru dari bawah ke atas,” kata Jokowi.

Menurut Presiden Jokowi, ibu kota baru nantinya akan menjadi pameran teknologi dan cara hidup paling maju.

“Ini akan menjadi karya terbaik dalam efisiensi energi dalam inovasi dan kreativitas ramah lingkungan dan dalam kebahagiaan penghuninya,” ujarnya.

Contek Masdar City

Sebelumnya, Jokowi mengaku terkesima dengan Masdar City, kota masa depan yang dibangun Uni Emirat Arab dengan hampir seluruh energinya berasal dari sumber ramah lingkungan.

Menurut Jokowi, apa yang diterapkan di Masdar City bisa diduplikasi pada pembangunan ibu kota baru di Kalimantan Timur.

"Dalam membangun ibu kota baru, kami cenderung ingin belajar dari perintis perencanaan kota, termasuk tuan rumah kita pekan ini di Kota Masdar di Abu Dhabi dan lainnya," kata Jokowi.

Baca juga: Bangun Ibu Kota Baru, Jokowi Ingin Contek Masdar City di UEA

Menurut dia, apa yang dilakukan UEA membangun Masdar City menunjukkan betapa pentingnya penggunaan energi terbarukan pada masa depan, meski negara tersebut kaya minyak.

"Untuk menginvestasikan di masa depan, di mana energi terbarukan dan teknologi bersih menciptakan kehidupan berkelanjutan bagi pengembangan ekonomi dan sosial," kata Jokowi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com