Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Minyak Anjlok Gara-gara Virus Corona

Kompas.com - 26/01/2020, 13:07 WIB
Muhammad Idris

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Merebaknya virus corona dalam beberapa waktu terakhir rupanya berimbas pada anjloknya harga minyak mentah dunia.

Di China, pemerintah menutup dan melakukan langkah karantina dalam skala yang sangat besar. Wuhan, tempat virus bermula, bahkan dinyatakan sebagai kota tertutup.

Virus corona saat ini sudah merebak ke 12 negara di berbagai belahan dunia. Virus yang disebut mirip Sindrom Pernapasan Akut Parah (SARS) ini telah menjangkiti 1.300 orang dan membunuh 41 orang di China.

Dikutip dari CNBC International, Minggu (26/1/2020), penjualan minyak mencatatkan angka terburuk sejak Juli tahun lalu pasca merebaknya virus corona. Penurunan permintaan otomatis membuat harga minyak tertekan.

Banyaknya penerbangan yang dibatalkan di kota-kota di China serta beberapa negara yang bolak-balik ke negara itu, membuat permintaan minyak untuk maskapai penerbangan mengalami penurunan tajam.

China sendiri merupakan importir minyak mentah terbesar di dunia, dimana pada tahun 2019 mereka bisa mengimpor rata-rata 10,12 juta barel per hari.

Baca juga: Merebak Virus Corona, Harga Saham Perusahaan Vaksin Ini Melonjak

Selain itu, China juga tercatat sebagai negara dengan konsumsi minyak terbesar dunia setelah Amerika Serikat (AS).

Pada perdagangan terakhir hari Jumat (24/1/2020) lalu, harga minyak mentah di West Texas Intermediate jatuh hingga 2,5 persen atau 1,4 dollar AS yang saat ini bertengger di harga 54,19 dollar AS per barel.

Pada harga terendahnya, minyak mentah sempat menyentuh harga 53,85 dollar AS per barel atau berada pada level terendahnya sejak Oktober tahun lalu.

Penurunan harga minyak ini merupakan kerugian dalam empat hari berturut-turut. Sementara kontrak penjualan minyak sudah turun 7,4 persen selama tiga minggu terakhir.

Sementara itu, minyak Brent yang jadi rujukan harga minyak dunia, juga turun 2,2 persen menjadi 60,69 dollar per barel. Harga ini sudah turun 6,4 persen sejak tiga minggu lalu.

Virus ini telah menyebar dengan cepat ke berbagai negara. Negara lain yang sudah melaporkan temuan kasus corona antara lain Jepang, Korea Selatan, Hong Kong, Macao, Thailand, Vietnam, Taiwan dan AS.

Baca juga: Lion Air: 7 Penumpang Asal China yang Tiba di Manado Negatif Virus Corona

Corona menyerang sistem pernafasan manusia. Gejala awalnya mirip seperti flu biasa yang diawali dengan demam, pusing, batuk, pilek, radang tenggorokan dan badan lemas. Namun seiring berjalannya waktu virus ini menyebabkan pneumonia ganas yang mematikan.

Saat ini, lebih dari 33 juta orang saat ini terdampak pembatasan perjalanan, yang secara otomatis membuat permintaan bahan bakar jet atau avtur merosot.

Apalagi, wabah corona muncul bersamaan dengan perayaaan Tahun Baru Imlek yang setiap tahunnya jadi ajang mudik terbesar di dunia.

"Ketika kota harus dikarantina, angkutan umum berhenti beroperasi, artinya ini mengurangi aktivitas ekonomi dan memiliki dampak negatif pada permintaan energi, termasuk minyak," kata Analis Raymond James, John Freeman.

Baca juga: Antisipasi Virus Corona, Ini Langkah Garuda Indonesia

"Begitu sudah diketahui jenis virus ini, segera sesudahnya gangguan ekonomi yang diakibatkannya akan mulai mereda. Sentimen pada minyak akan kembali membaik, dan harga minyak akan naik lagi," katanya lagi.

Pengalaman dengan wabah sebelumnya seperti SARS pada tahun 2003 dan MERS dari 2012 menunjukkan dampak ekonomi dari wabah relatif kecil. Namun, penyebaran virus ini membuat pasar rentan terhadap berita mengecewakan tentang konsumsi minyak.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Whats New
BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Whats New
Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Whats New
Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Rilis
INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

Whats New
Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Whats New
OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

Rilis
Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Whats New
Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Work Smart
INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

Whats New
Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Whats New
Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal 'Jangkar' Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal "Jangkar" Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com