Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anggota DPR Usul Ganja untuk Ekspor, Berapa Potensinya di Pasar Dunia?

Kompas.com - 01/02/2020, 12:45 WIB
Muhammad Idris

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Tanaman ganja tengah jadi perbincangan. Ini setelah seorang anggota DPR Komisi VI Rafly Kande dari Fraksi PKS melontarkan usulan agar ganja jadi komoditas ekspor.

Usulan itu disampaikan Rafli dalam rapat dengan Menteri Perdagangan di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (29/1/2020) lalu. Dia berpendapat ada peluang tanaman ganja bisa diatur dalam regulasi khusus, seperti bahan baku industri obat atau farmasi.

Melansir Forbes, Sabtu (1/2/2020), pelegalan ganja sebagai komoditas untuk obat-obatan sebenarnya sudah dilakukan beberapa negara.

Penjualan ganja dari tahun ke tahun bahkan terus meningkat. Bahkan kenaikan permintaan ganja dari pasar global, membuat persaingannya semakin tak sehat lantaran banyak pemain yang terjun di bisnis ini setelah ganja dilegalkan.

Kyle Detwiler, Chief Executive Clever Leaves, mengatakan negara-negara seperti Portugal dan Kolombia jadi deretan negara pertama yang melegalkan ganja dan saling bersaing berupaya mendominasi pasar ganja di dunia dalam waktu singkat.

Clever Leaves sendiri merupakan sebuah badan yang mengelola dan memiliki fasilitas budidaya dan ekstraksi ganja di enam negara.

Baca juga: PKS Tegur Keras Anggota yang Usul Pemerintah Ekspor Ganja

Menurutnya, masuknya kedua negara pada perdagangan ganja secara legal mendorong negara lain maupun investor global ikut terjun ke dalam bisnis bernilai triliunan rupiah ini. Negara lain yang sudah melegalkan budidaya ganja adalah Uruguay. 

"Memang ada sedikit keraguan bahwa perluasan pasar ganja di Eropa bisa menarik peluang investasi," ujar Detwiller.

Ganja sendiri banyak diperdagangakan dalam bentuk cannabidiol atau disingkat CBD. Ini merupakan ekstraksi dari tanaman yang bernama latin cannabis sativa ini.

Permintaan akan CBD terus meningkat untuk dipakai di bidang kedokteran. Pasar CBD bahkan diprediksi tumbuh hingga 2,1 miliar dollar AS atau sekitar Rp 28,9 triliun di tahun 2020.

Kementerian Pertanian Puerto Riko mencatat, setidaknya akan ada 10.000 hektar lahan ganja yang akan dipakai untuk budidaya ganja untuk tujuan komersial di tahun 2020.

Tak hanya untuk obat-obatan, permintaan akan CBD terus meningkat pesat karena komoditas ini mulai banyak diaplikasikan sebagai zat tambahan untuk bahan baku pembuatan makanan hingga make-up.

"Konsumen akan semakin memahami manfaat CBD dan mereka mulai mencari tahu barang yang mereka bayar dan apa manfaatnya ketika mereka membeli CBD," jelas Detwiller.

Di sisi lain, penelitian akan manfaat ganja terus dilakukan. Israel, sejauh ini jadi negara terdepan dalam penelitian terkait ganja.

Baca juga: PKS Usulkan Ekspor Ganja, PPP Singgung Aspek Hukum dan Nilai Sosial

Raphael Mechoulam, seorang ilmuan di Hebrew University bahkan mendapatkan dana hibah besar dari berbagai lembaga asal Amerika Serikat untuk meneliti lebih banyak manfaat ganja.

William Levina, pendiri dan kepala penelitian CannRx, yang dijalankan perusahaan farmasi Izun Pharmaceuticals, mengatakan pihaknya terus melakukan penelitian dan uji klinis ganja.

Menurutnya, ganja berpeluang dijadikan obat yang menawarkan manfaat ganja dengan takaran rendah namun memiliki efek samping lebih sedikit dan manfaat yang serupa dengan obat berdosis tinggi yang ada saat ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Terinspirasi Langkah Indonesia, Like-Minded Countries Suarakan Penundaan dan Perubahan Kebijakan EUDR

Terinspirasi Langkah Indonesia, Like-Minded Countries Suarakan Penundaan dan Perubahan Kebijakan EUDR

Whats New
Manfaat Rawat Inap Jadi Primadona Konsumen AXA Financial Indonesia

Manfaat Rawat Inap Jadi Primadona Konsumen AXA Financial Indonesia

Whats New
Kemenko Marves: Prabowo-Gibran Bakal Lanjutkan Proyek Kereta Cepat sampai Surabaya

Kemenko Marves: Prabowo-Gibran Bakal Lanjutkan Proyek Kereta Cepat sampai Surabaya

Whats New
Layani Angkutan Lebaran Perdana, Kereta Cepat Whoosh Angkut 222.309 Penumpang

Layani Angkutan Lebaran Perdana, Kereta Cepat Whoosh Angkut 222.309 Penumpang

Whats New
Laba Unilever Naik 3,1 Persen Menjadi Rp 1.4 Triliun pada Kuartal I-2024

Laba Unilever Naik 3,1 Persen Menjadi Rp 1.4 Triliun pada Kuartal I-2024

Whats New
IHSG Diprediksi Menguat Hari Ini, Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

IHSG Diprediksi Menguat Hari Ini, Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

Whats New
Imbal Hasil Obligasi Meningkat, Wall Street Ditutup Bervariasi

Imbal Hasil Obligasi Meningkat, Wall Street Ditutup Bervariasi

Whats New
Simak 5 Tips Raih 'Cuan' dari Bisnis Tambahan

Simak 5 Tips Raih "Cuan" dari Bisnis Tambahan

Whats New
Unilever Ungkap Dampak Boikot Produk pada Keberlangsungan Bisnis

Unilever Ungkap Dampak Boikot Produk pada Keberlangsungan Bisnis

Whats New
Daftar 7 Mata Uang Eropa dengan Nilai Tukar Terkuat

Daftar 7 Mata Uang Eropa dengan Nilai Tukar Terkuat

Whats New
Tingkatkan Layanan, Shopee Luncurkan Program Garansi Tepat Waktu

Tingkatkan Layanan, Shopee Luncurkan Program Garansi Tepat Waktu

Whats New
Kurs Mata Uang Vietnam ke Rupiah Sekarang

Kurs Mata Uang Vietnam ke Rupiah Sekarang

Whats New
[POPULER MONEY] Kata DHL soal Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta | Tesla Bakal PHK 2.688 Karyawan

[POPULER MONEY] Kata DHL soal Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta | Tesla Bakal PHK 2.688 Karyawan

Whats New
Cara Transfer BNI ke ShopeePay lewat ATM dan Mobile Banking

Cara Transfer BNI ke ShopeePay lewat ATM dan Mobile Banking

Spend Smart
Cara Beli Tiket PLN Mobile Proliga 2024 lewat HP

Cara Beli Tiket PLN Mobile Proliga 2024 lewat HP

Spend Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com