Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ekonomi Asia Diproyeksi Membaik pada 2020, Bagaimana Indonesia?

Kompas.com - 11/02/2020, 17:26 WIB
Kiki Safitri,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Situasi makroekonomi Asia diproyeksikan akan semakin membaik pada 2020. Hal ini didasarkan pada kondisi makroekonomi global yang pertumbuhannya mulai stabil.

"Dari sisi global tahun 2020 ini adalah stabilizing growth jadi pertumbuhannya mengalami stabilisasi," kata Freddy Tedja, Head of Investment Specialist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) di Jakarta, Selasa (11/2/2020).

Freddy menyebutkan, faktor yang mendukung stabilitas ekonomi Asia adalah tetap terjaganya suku bunga yang rendah.

Baca juga: Dari Es Regal hingga Menu Ikan, 8 Kuliner Ini Bisa Jadi Tren 2020

Freddy menyebut pertumbuhan negara yang bukan emerging market cenderung stabil antara tahun 2019 dan tahun 2020 yakni 1,7 persen. Sementara di emerging market pertumbuhan 3,9 persen dan di tahun 2020 diperkirakan naik 4,6 persen.

"Jadi terlihat bahwa di emerging market itu yang menopang ekonomi dunia. China, Hong Kong, Thailand dan Korea Selatan pertumbuhannya jauh lebih tinggi dibandingkan AS, Amerika Latin maupun Euro Area," ucapnya.

Freddy mengatakan, tahun ini bisa dikatakan pertumbuhan ekonomi mulai stabil karena masalah perang dagang sudah selesai. Apalagi, usai penandatanganan kesepakatan dagang fase satu, terlihat beberapa sektor mulai membaik.

Baca juga: Ini Alasan Bank DKI Masih Pertahankan ATM Pecahan Uang Rp 20.000

Pada 2018, volume perdagangan global tumbuh 3,8 persen. Namun pada 2019, akibat trade war volume perdagangan hanya tumbuh 1,1 persen. Dengan adanya kesepakatan dagang AS - China, diperkirakan volume perdagangan akan naik skitar 3 persen pada 2020.

"Sentimen bisnis sudah menunjukkan perbaikan. Penyebabnya, kesepakatan dagang, stabilisasi, aktifitas ekonomi dan meredanya kehawatiran resesi ekonomi," kata dia.

Di sisi lain tekanan inflasi masih rendah. Freddy melihat tahun ini Bank Sentral AS tidak akan menurunkan suku bunganya seperti tahun lalu yang sampai 4 kali.

"Tapi kami juga tidak melihat tahun ini the fed akan menaikkan suku bunga dengan cepat. Masih belum ada tekanan untuk menaikkan dengan cepat. Atau bahkan dengan asanya virus corona ini mungkin bisa turun lagi," kata dia.

Baca juga: Perombakan BUMN Berlanjut, Erick Thohir Ganti Bos Bahana

Sementara suku bunga Asia juga diperkirakan akan terlihat dampaknya tahun ini. Hal ini karena negara-negara Asia menurunkan suku bunganya pada 2019.

Dari sisi domestik, BI diperkirakan akan menurunkan suku bunga satu kali lagi karena pertumbuhan ekonomi masih rendah.

"Asing melihat Indonesia itu oke banget. Dari sisi defisit fiskal kita selalu di bawah limit 3 persen. Ratio utang pemerintah kita juga sangat terkendali. Ini membuat investor asing senang terhadap investasi di Indonesia," ujarnya.

Investor juga memperhatikan terkait omnibus law yang bakal mempengaruhi pasar saham atau obligasi kedepannya. Jika ada progres, Freddy yakin investor akan semakin tertarik berinvestasi di Indonesia.

Baca juga: Punya Nilai SKD Sama, Ini Aturan Peserta CPNS Bisa Ikut Tes SKB

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com